Kemarin adalah hari buruh, maka kampus diliburkan. Menambah jumlah tanggal merah di kalender dan hari libur yang mengurangi hari efektif sekolah/bekerja. Hari ini adalah Hari Pendidikan Nasional. Kampus diliburkan? tentu saja tidak... cuma ada upacara kecil di halaman kampus yang sempit bagi para staf akademik dan staf pengajar. Bagi beberapa staf pengajar PNS yang diperbantukan di kampus ini, mereka diharuskan kembali ke "kandang"nya, Kantor Kopertis Wilayah 3. Disana mereka berupacara dan menandatangani presensi kehadiran sebagai pegawai negeri sipil.
Para buruh berdemo di jalanan ibukota dan juga berkumpul di stadiun terbesar di ibukota. Karena tahun sekarang tahun politik, maka janji-janji politik dan pihak memihak juga terjadi di hari kemarin dan hari ini. Prabowo mendapat panggung di GBK, Jokowi didemo dukungan oleh organisasi buruh lainnya. Dan seterusnya dan seterusnya.
Upacara bendera di kampus kami lebih panjang nyanyiannya. Karena selain menyanyikan lagu kebangsaan, Hymne Guru, juga dinyanyikan lagu kebesaran organisasi yang mewadahi kampus ini. Dinyanyikan dengan semangat dan syahdu oleh mahasiswa. Ada yang baru disana. Kalimat di Hymne Guru "tanpa tanda jasa" , ternyata sekarang ini sudah diganti. Sesuai dengan konteks saat ini bahwa guru bukan lagi sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, tetapi sebagai pekerja profesional. Kalau gak salah dengar menjadi "pendidik insan cendikia". Soal royalti dan seterusnya bagi pengubahan syair lagu ini, saya belum begitu tahu. Atau mungkin lagu ini hak ciptanya sudah kadaluwarsa? kurang tahu juga...
Para pimpinan partai politik dan calon presiden tanpaknya adem ayem saja di Hari Pendidikan Nasional ini. Tidak ada janji - janji, visi misi pendidikan, serta ekspektasi masa depan pendidikan Indonesia yang disampaikan oleh para politikus. Nampaknya pendidikan bukan isu yang seksi buat mereka. Atau mereka memang buta pendidikan, tidak kenal dengan permasalahan pendidikan di Indonesia, serta bagaimana cetak biru pendidikan Indonesia ke depan? Masalah koalisi mungkin menjadi penyebab meredupnya spirit pendidikan partai politik bagi kemajuan Indonesia ;) Padahal, jika di negara-negara demokrasi yang lebih maju. Pendidikan merupakan isu yang penting dalam kampanye partai politik.
Pesimis, siapapun Presidennya... pola pengelolaan pendidikan Indonesia masih begitu-begitu saja. Tidak ada terobosan yang berarti. Sehingga para cendikiawan lebih memilih berkarya di luar negeri, para pelajar dan mahasiswa lebih memilih negeri tetangga daripada negeri sendiri, dan kemudian bekerja berkarya disana.
(antara libur kecil kaum kusam dan umar bakri) ---- tiba-tiba teringat Wiji Thukul :(
Kelurahan Rambutan, Jakarta Timur 2014/05/02
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H