Lihat ke Halaman Asli

Giwangkara7

Perjalanan menuju keabadian

Branding dan Internasionalisasi Perguruan Tinggi

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14093855911950514761

Saat ini, ternyata masalah branding juga menjadi masalah bagi lembaga yang namanya perguruan tinggi. Demikian menurut pakar Branding dari etnomark, ibu Amalia E Maulana, yang saya kirain bule, di saat workshop tentang Kantor Urusan Internasional di Universitas Airlangga beberapa hari yang lalu. Jangan terkecoh dengan pemilih tradisional, dan mulailah memikirkan branding dan melaksanakan kegiatan penguatan brand secara menyeluruh dan komprehensif.

Ada kampus yang pemilih tradisionalnya adalah keluarga. Karena kampus ini terkenal dengan basis keagamaannya, maka alumni akan mendorong anak, saudara, keponakan, dans ebagainya. Untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi tersebut. Itu adalah pemilih tradisional, yang bisa menjadi sasaran empuk dari pesaing-pesaing yang lebih murah, lebih strategis, dan lebih kuat nilai kekeluargaannya dan seterusnya. Untuk menuju branding, maka diperlukan kualitas yang baik dari perguruan tinggi tersebut. Karena jika layanan dari satpam, karyawan, dosen, office boy dan SDM lainnya kurang baik, akan menjadi preseden buruk bagi branding kelembagaan. Oleh karena itu, branding ke dalam dan ke luar menjadi keperluan yang sangat penting. Mutu lembaga harus terus menerus disempurnakan menjadi yang terbaik, walaupun mungkin tidak semuanya dapat bermutu yang standar. Kampus negeri (perguruan tinggi negeri) kadang abai dengan branding, karena merasa bahwa mahasiswa akan datang sendiri. Tetapi pernahkah disurvey, bagaimana kualitas mahasiswa yang sengaja memilih perguruan tinggi negeri tersebut? Tentu saja akan mengalami perubahan yang menarik untuk disimak. Asumsinya mutu input akan berpengaruh kepada mutu lulusan. Maka mutu menjadi penting sebelum kita serius melaksanakan branding.

Internasionalisasi perguruan tinggi menjadi keniscayaan bagi para pemangku kepentingan saat ini. Bukannya mau tidak mau, harus tidak harus lagi.... tetapi sudah menjadi kebutuhan. SAlahsatu contohnya adalah lulusan terbaik dari Unair adalah mahasiswa internasional dari Uganda. Teman yang lain cerita bahwa di Universitas Tadulako, ada mahasiswa dari Argentina yang sudah fasih bahasa Indonesia dan juga bahasa daerah disana. Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah dalam beberapa tahun ini, sudah memberikan beasiswa kepada umat Islam di Thailand Selatan, bekerjasama dengan SBPAC (konon sejenis unit koordinasi antar provinsi di Thailand). Misalnya pada tahun ini terkirim lebih dari 60 mahasiswa dari Pattani, Yala, Narathiwat dan provinsi-provinsi lainnya, untuk belajar di perguruan tinggi-perguruan tinggi milik organisasi Muhammadiyah di seluurh Indonesia.

Dengan kesiapan sumber daya manusia, fasilitas, pengelola, dan faktor-faktor lainnya. Yang dipersiapkan selama setahun sebelumnya, Unair Surabaya membuka program ASSIC untuk mahasiswa asing yang ingin belajar setahun di Indonesia, pada topik-topik tertentu yang ditawarkan. Cover bookletnya ada pada foto diatas

Kata kunci penting dalam branding dan internasionalisasi yang saya tangkap adalah: top leader yang merestui/mendukung, mutu yang kompetitif, semua pihak mendukung (kalau tidak semua, paling tidak sebagian besar), membuka jalan bagi inovasi, kreatifitas, bahkan kepada pemikiran-pemikiran LIAR. Karena untuk menuju branding ke dalam dan keluar serta internasionalisasi, faktor-faktor tersebut menjadi kendala yang umum, baik bagi perguruan tinggi negeri maupun swasta.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline