Lihat ke Halaman Asli

Giwangkara7

Perjalanan menuju keabadian

Kebiasaan ala Indonesia

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kebiasaan buruk orang Indonesia adalah tidak tepat waktu. Kemudian ketidaktepatan itu juga no excuse, seakan-akan wajar saja. Maka tidak salah kalau kemudian kita jadi bangsa yang tertinggal di landasan. Karena tidak siap bersaing di jaman yang serba cepat, tepat, akurat seperti sekarang ini. Beda rasanya ketika saya mengikuti Eksebisi Pendidikan dari kota Osaka di Universitas Pendidikan Indonesia. Tim Jepang memiliki jadwal acara per menit, yang benar-benar dilaksanakan. Saking menghemat waktu, mereka membuka acara pada sesi makan siang. Rundown acara dilaksanakan menit per menit. Itulah cara kerja orang di negara maju. Kita? Masih belum seperti itu, walaupun pada organisasi tingkat nasional, tetapi pengelolaannya masih kurang profesional.

Lha wong menyusun jadwal acara saja tidak tepat waktu. Ditulisnya jam 14.00 pembukaan, ternyata jam 14.30 baru dimulai acaranya. Aku bagaikan orang asing di organisasi ini, karena kehadiran mewakili lembaga, menggantikan pengurus yang berhalangan datang. Inilah organisasi profesi model lama dengan para pengurus yang bergelar guru besar maupun doctor pada profesi pendidik ekonomi. Namun apakah menjamin bahwa para peraih gelar akademik tertinggi tersebut memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik, atau hanya menjadikan organisasi sebagai kendaaraan menuju pencapaian pribadi.( tanda tanya disini).

Empat aspek ekonomi yang mempengaruhi kebijakan pendidikan (a) Ekonomi mempengaruhi besarananggaran pendidikan; (b) Tujuan kebijakan pendidikan menuntut sekolah efesien dan efektif; (c) pendidikan menuntun kepada kemampuan penguasaan teknologi dan kerja yang lebih baik; (d) pemikiran ekonomi melanda dunia pendidikan. Demikian identifikasi permasalahan tentang ekonomi dan pendidikan yang disampaikan oleh ketua panitia seminar nasional.

Ketua Aspropendo menyatakan bahwa tugas akreditasi saat ini adalah jeruk makan jeruk. Karena para pengelola dan yang dikelola berasal dari lembaga yang sama. Oleh karena itu perlu adanya lembaga yang independen, yang mampu melaksanakan kegiatan akreditasi program studi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline