Al Qur'an dapat dipahami melalui banyak pendekatan, slah satunya dengan Maudhu'i. Dalam Maudhu'I dikenal istilah pengumpulan. Metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Al Qur'an dengan cara mengumpulkan ayat -- ayat Qur'an yang mempunyai tujuan yang satu, yang bersama -- sama membahas topic/judul tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab -- sebab turunnya, kemudian memperhatikan ayat -- ayat tersebut dengan penjelasan, keterangan, dan hubungan dengan ayat lain, yang kemudian diistamabtkan hukumnya.
Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan serta perbedaan dalam pelaksanaannya. Seharusnya penggunaan metode ini harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi supaya tetap bermanfaat.
Setiap manusia memiliki peran dalam sebuah bidang yang berbeda beda dengan menyesuaikan pada kemampuan dan kualitas. Hal itu, menjadi maksud dari makna dan tujuan dari arti makhluk sosial. Dengan cara melakukan interaksi, berdiskusi atau berkomunikasi dalam kehidupan sehari hari, akan muncul beberapa poin seperti, kerjasama, saling tolong menolong dan memperkuat tali persaudaraan atau silaturahmi.
Dalam suatu lingkungan baik di sekolah, masyarakat ataupun lainnya, sering mengadakan atau membuat forum untuk menyelesaikan suatu masalah. Namun karena sering terjadi, di berbagai tempat atau disebut (nongkrong) menjadi ada dampak negative dalam forum tersebut.
Munculnya perkara ini, menjadikan semua melakukan hal yang buruk, dikarenakan ada efek samping yang mengarah untuk melakukan hal buruk yaitu menngunjing. Dalam islam Allah memerintahkan kepada umatnya untuk menjaga lisan baik di sebuah forum diskusi atau berinteraksi dengan teman, diamnapun dan kapanpun. Karena munculnya sifat Taqwa bisa digambarkan melalui lisan seseorang.
Sifat ini merupakan sifat yang sangat tercela atau bisa disebut jalan menuju kesesatan. Selain itu, efek negative lainnya sangat mempengaruhi atau bisa memunculkan emosi yang mampu memengaruhi kesehatan mental, juga beranggapan atau memiliki pandangan buruk terhadap orang lain serta menimbulkan penyimpangan moral dan norma sosial.
Di beberapa tempat perkumpulan mulai dari kalangan remaja hingga dewasa seringkali muncul yang namanya bercerita tentang keburukan seseorang. Hal ini masih kalah dengan orang -- orang yang bermain sosial media, seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, Twitter, dan berbagai media lainnya. Di media ini sering terjadi yang namanya permasalahan dengan orang yang tak disukai, kemudian mengajak orang -- orang yang mengikutinya untuk membantu.
Biasanya orang -- orang itu membahas kekayaan, agama, akhlaq atau perilaku secara lahiriyah. "Kita umat Islam jangan asal men-share atau broadcast suatu informasi yang kita terima di media sosial seperti Facebook, WhatsApp, BBM, Twitter atau Instagram yang tidak kita ketahui kejelasan sumbernya, karena bisa jadi saat itu kita sedang melakukan ghibah berjamaah dan menggunjing saudara kita tanpa melakukan memastikan kebenaran informasi tersebut," ujar Tgk Faisal Ali yang akrab disapa Abu Sibreh ini.
Pimpinan Dayah Mahyal 'Ulum Al-Aziziyah Sibreh, Aceh Besar menjelaskan, Allah Swt dengan tegas melarang untuk berbuat ghibah, dan menyuruh kita untuk menjauhinya karena ghibah digambarkan dengan sesuatu yang sangat jijik dan kotor yaitu ghibah sama saja dengan memakan daging saudaranya yang sudah mati.
Dalam Al Qur'an surat Al Hujurat ayat 12 disebutkan, Allah SWT, berfirman.
12. Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.