Lihat ke Halaman Asli

Korelasi Geologis antara Ka'bah dan Candi Borobudur

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam sebuah manuskrip kuno berumur 1418 tahun, orang menyebutnya "ALQUR'ANUL KARIIM" yang artinya "BACAAN AJAIB", inilah misi rahasia Nabi Muhammad hanya untuk menyampaikan "Bacaan Ajaib", sedang misi rahasia Nabi Sulaiman di Nusantara ini menyampaikan lintasan asmaul husna "GHANIYUN KARIIM" artinya "KAYA KEAJAIBAN". Dalam Alqur'an disebutkan bahwa "KA'BAH" adalah "SUMBER ILMU", artinya kalau ingin mengetahui rahasia sejarah geologis bumi secara pasti, maka keywordnya adalah istilah ka'bah. Setelah kita klik istilah ka'bah dalam Alqur'anternyata implementasi kalimatnya adalah tentang perintah wudhu dimana bagian terakhir yang disucikan adalah bagian kaki sampai dengan "KA'BAINA" yaitu "DUA MATA KAKI", maka "ka'bah" berarti "mata kaki" atau "PUSAT PUTAR", hal ini memberikan informasi kepada kita bahwa Makkah adalah "KUTUB UTARA PURBA" sebelum "ARCTIC", daratan sebingkah sebelum terbentuknya benua2 dalam Alqur'an disebut "BAKKAH", menurut Encyclopedia Americana disebut "PANGAEA".

Ka'bah juga bisa disebut "SEUMPAMA MATA", seolah ini perintah dari Allah SWT. agar kita memperhatikan mata kita, titik hitam di tengah mata seolah menggambarkan ka'bah, lingkaran yang mengelilingi titik hitam seolah menggambarkan orang berthawab dan lobang kelenjar air mata seolah menggambarkan "SUMUR ZAM ZAM", sebuah mata air purba yang tak pernah kering. Kemudian perhatikan kepala kita, tarik garis lurus dari mata ke samping kanan atau kiri, maka bertemulah "DUA TELINGA", klik search google earth, tarik garis lurus dari Ka’bah, maka akan bertemu dengan “BOROBUDUR”, inilah Negeri Nusantara yang dulunya satu benua, dalam Alqur’an disebut “NEGERI SABA”. Kata saba berasal dari bahasa Jawi Kuno “SOBO” artinya “TEMPAT PERTEMUAN”, maka Negeri Saba adalah “SATU BENUA” tempat bertemunya bangsa2 atau “PUSAT PERADABAN”.

Negeri Nusantara disimbulkan dengan “TELINGA” seolah ingin memberikan informasi bahwa suatu saat kelak akan hadir di negeri ini suatu generasi yang dengan tekun dan sabar suka mendengar perkataan baik. Cobalah teliti desain telinga, didalamnya ada struktur bangunan berbentuk “RUMAH SIPUT”, simbul pergerakan “GALAXY DAN ALAM SEMESTA”. Rumah Siput ini berfungsi sebagai kendang telinga, didalam rumah siput ini ada “AIR” yang volumenya stabil tidak boleh kurang tidak boleh lebih, fungsi air ini berhubungan dengan saraf keseimbangan tubuh agar tubuh manusia dapat tegak berdiri dengan stabil, struktur Rumah Siput ini secara proyektif juga ada pada “KA’BAH”, gambarlah ka’bah kemudian masukkan siput dengan meletakkan kepalanya pada sumur zam zam, maka jadilah gambar hamba Allah sedang bersujud. Informasi ini seolah ingin menunjukkan kepada kita bahwa deposit air di Nusantara ini cukup tersedia dan tugas kita adalah menjaga stabilitas sumber air melalui pelestarian hutan2 tropis negeri ini sebagai “PARU-PARU DUNIA”. Sebagai bukti, cobalah lakukan pemindaian melalui satelit atas Negeri Nusantara ini, maka ternyata dibawah laut perairan Nusantara ini terdapat banyak sungai-sungai purba yang sampai saat ini masih aktif, hal ini menunjukkan bahwa dulunya “PERAIRAN DANGKALAN SUNDA” adalah daratan luas yang bersatu dengan daratan Asia, sedang kepulauan nusantara saat ini adalah gunung2 raksasa yang terhindar dari “BANJIR BESAR”, banjir di Negeri Saba ini dalam Alqur’an disebut “SAILAL ‘ARIM”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline