Lihat ke Halaman Asli

Aa Yusuf

Memorandum of patience

Membaca yang Lain

Diperbarui: 29 Juni 2021   15:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Petang itu teras rumah begitu licin bekas orang-orang. 

Sorak sorai semut merah dari halaman mulai berbaris mencari sisa sisa gigitan. 

Sepotong kue tentu menjadi idaman ketimbang kacang-kacangan. 

Apalagi kopi pahit yang tak sedikitpun diperkosa oleh gula buatan. 

Mereka, tak begitu mengindahkan angin sore yang mulai ribut ditinggal para penghuninya. 

Semut semut kalap, hilap dengan segala tugas utamanya; menjaga serta membangun singgasana.

Sekejap, hidangan yang tak disangka-sangka tersebut lenyap. Apakah berkat ?

Sementara di sisi yang lain. Aku menjadi tak berdaya. Terkena hypnotis dari music calypso nan syahdu. 

Sebuah kaset lama peninggalan orang tua, membuatku penasaran untuk mendengarnya.

Dalam ketidak berdayaanku itu, suara suara samar mulai terdengar 

'Hai...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline