"Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin."
-Ki Hadjar Dewantara-
Menurut jurnal lama UCLJ Journal, menjadi guru hanya membutuhkan satu tugas di tengah pekerjaan dan kehidupannya sehari-hari untuk menghadapi beberapa amalan yang dapat mereka kerjakan dengan pasti. Namun, mengajar bukanlah satu-satunya aktivitas guru. Terlepas dari kondisi seperti apa yang oleh masing-masing orang dijadikan landasan keberagaman pembelajaran mereka, guru tetap ada dan menjadi figur dalam proses pendidikan nasional. Guru adalah pelaku utama dalam pembangunan murid. Kegiatan pembelajaran yang dirancang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang baik dengan menyenangkan serta mempermudah murid dalam proses belajar.
Semua guru pasti sepakat bahwa murid memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya hal ini perlu direspon dengan tepat. Hal ini sangat berkaitan dengan salah satu nilai Guru Penggerak yaitu berpihak pada murid. Jika seorang guru tidak mampu mencermati hal ini maka akan terjadi kesenjangan belajar selain itu peningkatan kompetensi juga potensi yang dimiliki murid tidaklah optimal. Salah satu pembelajaran yang banyak dikembangkan terkait dengan pemenuhan kebutuhan murid adalah Pembelajaran Berdiferensiasi.
Perlu ketekunan dalam merancang pembelajaran berdiferensiasi karena faktanya banyak sekali tantangan yang dihadapi guru ketika menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Tantangan tersebut diantaranya berkaitan dengan keberagaman murid, setiap murid memiliki kebutuhan belajar yang berbeda. Mencocokkan metode pengajaran yang tepat dengan kebutuhan individu ini bisa menjadi tantangan.
Selain itu, Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dapat memerlukan waktu dan persiapan yang lebih intensif bagi guru. Memperoleh sumber daya tambahan dan mencari bahan ajar yang sesuai untuk setiap murid juga dapat membutuhkan waktu dan upaya ekstra. Dalam implementasinya mungkin terjadi beberapa murid merasa terintimidasi atau tidak nyaman dengan pembelajaran yang lebih individual atau tantangan yang lebih tinggi karena terbiasa belajar dengan cara yang tradisional dan klasikal.
Oleh sebab itu nilai inovatif seorang guru perlu untuk terus ditingkatkan. Dalam era yang terus berkembang, inovasi menjadi kunci untuk menangani tantangan baru. Guru harus mampu mengaitkan inovasi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar murid yang didasarkan pada kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid.
Kenyataanya masih banyak guru yang apriori dalam menanggapi perubahan yang terjadi termasuk kaitannya dengan implementasi pembelajaran berdiferensiasi. Termasuk dengan "keribetan" yang akan muncul ketika guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.
Padahal pembelajaran bisa dimulai dengan hal yang sederhana. Lalu bagaimana menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas? Berikut beberapa langkah yang bisa diambil guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.
kenali murid, mulailah dengan memahami kebutuhan belajar (kesiapan, minat, dan profil belajar murid) ini dapat dilakukan melalui Asesmen Diagnostik Awal;
Buat grup belajar, guru dapat membuat kelompok berdasarkan tingkat penguasaan materi atau mencampur murid dengan tingkat kemampuan yang berbeda untuk memfasilitasi kolaborasi dan pembelajaran saling membantu. Yang harus dicermati adalah pengelompokkan ini bukan untuk memisahkan murid kelompok atas dengan bawah, tapi untuk memenuhi kebutuhan belajar murid;