Dalam beberapa tahun terakhir, politik luar negeri Indonesia mengalami pergeseran yang signifikan, terutama di bawah kepemimpinan Menteri Pertahanan dan Presiden Terpilih, Prabowo Subianto. Kunjungan Prabowo ke negara-negara seperti China dan Rusia menunjukkan adanya perubahan orientasi yang dapat mempengaruhi hubungan Indonesia dengan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat.
Pergeseran Orientasi Politik Luar Negeri
Kunjungan ke Negara-Negara Timur: Prabowo telah melakukan serangkaian kunjungan ke negara-negara seperti China, Rusia, dan Turki. Menurut Dr. Dafri Agus Salim dari Fisipol UGM, kunjungan ini menandakan adanya sinyal pergeseran orientasi politik luar negeri Indonesia dari yang sebelumnya lebih pro-Barat menjadi lebih mendekati negara-negara Timur (UGM, 2024).
Strategi Meningkatkan Posisi Tawar: Dengan mendekati negara-negara seperti China dan Rusia, Indonesia berusaha untuk meningkatkan posisi tawar dalam hubungan internasional. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan akses yang lebih besar dalam bidang keamanan dan ekonomi, serta membuka pasar baru di luar negara-negara Barat (UGM, 2024).
Dampak terhadap Hubungan dengan Negara Barat
- Pengaruh terhadap Hubungan dengan Amerika: Pergeseran ini dapat berpotensi mempengaruhi hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat, yang selama ini dianggap sebagai mitra strategis. Dengan menjalin hubungan yang lebih erat dengan negara-negara yang memiliki nilai-nilai politik berbeda, Indonesia mungkin menghadapi tantangan dalam mempertahankan hubungan baik dengan negara-negara Barat (UGM, 2024).
- Akses terhadap Bantuan Internasional: Selain itu, pergeseran orientasi ini juga dapat berdampak pada akses Indonesia terhadap bantuan dari negara-negara Barat dan lembaga internasional. Dengan memperkuat hubungan dengan negara-negara Timur, Indonesia mungkin harus bersiap untuk menghadapi konsekuensi dalam hal dukungan internasional yang selama ini diterima (UGM, 2024).
Dinamika Politik Domestik sebagai Faktor Pendorong
- Pengaruh Politik Domestik: Menurut Dafri, pergeseran orientasi ini juga dipengaruhi oleh dinamika politik domestik Indonesia. Kekuatan politik dalam negeri, termasuk pengusaha, berperan dalam mendorong kebijakan luar negeri yang lebih pragmatis dan berorientasi pada kepentingan ekonomi (UGM, 2024).
- Pragmatisme dalam Kebijakan Luar Negeri: Dalam konteks ini, kebijakan luar negeri Indonesia tidak lagi dapat dikatakan sebagai "bebas-aktif" dalam arti murni, melainkan lebih kepada pragmatisme yang menyesuaikan diri dengan kepentingan nasional yang berubah-ubah (UGM, 2024).
Dengan Demikian Pergeseran orientasi politik luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto menunjukkan adanya dinamika yang kompleks dalam hubungan internasional. Dengan menjalin hubungan yang lebih erat dengan negara-negara Timur, Indonesia berusaha untuk meningkatkan posisi tawar dan membuka peluang baru dalam kerjasama ekonomi. Namun, langkah ini juga membawa tantangan tersendiri, terutama dalam mempertahankan hubungan dengan negara-negara Barat dan akses terhadap bantuan internasional. Ke depan, Indonesia perlu mengelola pergeseran ini dengan bijak agar tetap dapat berkontribusi dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian di kancah global.
Referensi
UGM, "Kunjungan Prabowo ke China dan Rusia Tunjukkan Pergeseran Orientasi Politik Luar Negeri RI", 2024. Di akses pada 25 Desember 2024 di https://ugm.ac.id/id/berita/kunjungan-prabowo-ke-china-dan-rusia-tunjukkan-pergeseran-orientasi-politik-luar-negeri-ri/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H