Lihat ke Halaman Asli

Sedikit solusi untuk menangani BBM bersubsidi yang salah sasaran

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13707120471062615012

Anggaran negara mencapai triliunan rupiah habis hanya karena untuk mensubsidi BBM, tetapi faktanya subsidi BBM malah salah sasaran... subsidi BBM lebih banyak digunakan oleh kalangan yang lebih mampu dripada yang kurang mampu. ini jelas mengakibatkan anggaran kita menjadi defisit.. Kenaikan harga BBM bersubsidi menurut saya untuk saat ini salah satu upaya yang ckup tepat untuk meredam defisit ang garan trsebut, apalagi pemerintah memberikan konpensasi berupa tunjangan mandiri (BLSM). Namun kenaikan harga BBM jangan dijadikan sbuah solusi trus menerus, ckup itu menjadi solusi jangka pendek saja. Jangka panjang nya ada beberapa solusi yg mungkin bisa dipertimbangkan: - Membuat sebuah aturan khusus dimana kendaraan pribadi khusus nya mobil dn lebih khusus nya lagi yang tergolong mobil mewah dilarang menggunakan BBM bersubsidi, hal ini akan lebih efisien dalam sasaran BBM bersubsidi untuk kalangan menengah ke bawah.

13707121781479828399

- Memberlakukan dua harga BBM bersubsidi, maksudnya BBM bersubsidi yang dibeli oleh masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi yang mewah harga nya harus lebih mahal dibandingkan dngan kendaraan umum, artinya ada perbedaan harga antara kendaraan pribadi dengan kendaraan umum dalam membeli BBM bersubsidi. - Menghentikan subsidi BBM, ini adalah hal yang saya rasa sudah banyak dilakukan oleh negara-negara lain. dimana BBM bersubsidi sudah mulai dikurangi bahkan ditiadakan, namun ini harus dengan sosialiasi dan persiapan yg ckup matang, dimana ketika pemerintah memberikan sebuah kebijakan agar BBM tidak lagi disubsidi, BBM non subsidi harga nya harus diturunkan dan disetarakan setidak nya tidak terlalu mahal melampaui harga BBM bersubsidi sebelumnya.. Mari saat nya pemerintah memikirkan ini, jangan sampai anggaran kita habis namun salah kepada sasaran yang tidak di inginkan. Kalau ada yang lebih baik, kenapa harus mempertahankan yang kurang baik? Semua tindakan memang pasti ada resiko, namun disinilah sebenarnya pemimpin bisa mengambil resiko tersebut..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline