Lihat ke Halaman Asli

Gerlach Winston Aaron S.

Siswa SMA Kolese Kanisius Jakarta

Menjaga Etika di Sekolah: Apakah Memperlakukan Guru sebagai Teman Aksi Tidak Sopan?

Diperbarui: 28 April 2024   16:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.acerid.com

Sekolah merupakan tempat di mana proses pembelajaran tidak hanya terjadi dari buku pelajaran, tetapi juga dari interaksi antara guru dan siswa. Di berbagai sekolah Indonesia, sebuah masalah kecil namun penting sering kali muncul, yaitu mengenai sikap dan perilaku siswa terhadap guru mereka. Ada siswa yang terlihat meremehkan guru, menunjukkan ketidakseriusan, bahkan tertawa saat guru menegur. Hal ini tentu menjadi perhatian, mengingat pentingnya hubungan yang sehat antara guru dan siswa dalam proses pendidikan.

Guru tentunya ingin membangun aura kelas yang nyaman bagi siswa untuk membantu dalam proses belajar. Salah satu upaya membangun kenyamanan itu adalah melalui interkasi dan pertemanan guru dengan siswa, dimana siswa sendiri bisa lebih bersantai di depan guru yang mereka percayai. Guru sebaliknya juga akan lebih dekat dengan para siswa. 

Setiap angkatan di setiap sekolah pastinya akan mengalami proses perubahan dalam pandangan mereka terhadap guru seiring dengan waktu. Saat kita kelas tujuh, guru dan kakak kelas terlihat menakutkan dan mengintimidasi, tetapi semakin tinggi angkatan, tembok antara siswa dan guru semakin tipis. Namun, semakin tinggi angkatan, semakin banyak pula interaksi lebih nyaman antara guru dan siswa yang malah menyebabkan semakin banyak siswa yang meremehkan guru, tidak menjaga kesopanan dan hormat yang seharusnya. 

https://www.melintas.id

Para siswa ini sudah menganggap guru sebagai teman mereka dan menghilangkan tembok yang sebelumnya ada. Guru memang teman kita, tetapi mereka juga orang tua kita di sekolah dan yang lebih tua dari kita. Walaupun kita menganggap guru sebagai teman, kita juga masih harus menetapkan sebuah tingkatan kesopanan kepada guru. Tidak bisa kita berprilaku kepada guru sama dengan prilaku kita terhadap teman. 

Mahesa Tebing Rinjani Kurnia Hartoyo, anggota Osis SMA Kolese Kanisius, memberikan perspektif bahwa perilaku meremehkan guru adalah tentunya hal yang tidak sopan, tetapi juga sesuatu yang tidak bisa dihindari karena siswa masih dalam tahap perkembangan. Tebing mengakui bahwa ia sendiri pernah melakukan hal tersebut, namun ia percaya bahwa kita semua datang ke sekolah untuk belajar dan berkembang menjadi individu yang lebih baik dan mengerti kesalahan-kesalahan mereka sebelumnya. 

Pak Paulus Edy Sucipto, Wakil Direktur V Bidang Humas Dan Litbang di Kolese Kanisius, menambahkan hubungan antara guru dan siswa akan berkembang seiring dengan waktu. Saat kelas tujuh, hubungan ini mirip dengan hubungan antara seorang bapak dengan anaknya, dengan tingkat kesopanan dan hormat yang tinggi terhadap guru. Namun, saat kelas sembilan, hubungan tersebut berkembang menjadi lebih seperti pertemanan, meskipun tetap menjaga tingkat kesopanan. Perubahan ini terjadi karena siswa semakin dewasa dan pola pikir mereka semakin menyetara dengan para guru, sehingga guru tidak lagi dilihat sebagai figur autoriter seperti orang tua, tetapi sebagai teman yang dihormati.

Faktor lingkungan juga mempengaruhi perilaku siswa terhadap guru. Sebanyak 60% sikap siswa dipengaruhi oleh lingkungan mereka. Oleh karena itu, penting bagi siswa untuk memiliki Character Discipline, yaitu kemampuan untuk menentukan apa yang baik dan buruk dari lingkungan mereka dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Meskipun siswa semakin berbaur dan menjalin pertemanan dengan guru, mereka tetap harus memiliki Character Discipline dalam menjalin hubungan dengan guru.

Ibu Jasmine Belinda Budijanto, M.Pd. sebagai guru bahasa Indonesia, mengingatkan bahwa guru adalah orang tua di sekolah dan penting bagi siswa untuk menyadari peran penting guru dalam pembentukan karakter mereka. Meskipun relasi antara guru dan siswa menjadi lebih akrab, tetap harus ada batasan untuk menjaga sikap sopan dan hormat.

Dari perspektif siswa dan guru, penting bagi kita semua untuk menjaga etika dan menghargai guru. Guru adalah pilar dalam proses pembelajaran, dan sikap kita terhadap mereka mencerminkan kualitas pendidikan yang kita terima. Kita perlu membentuk lingkungan yang positif dan membudayakan rasa hormat antara siswa dan guru. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik dan merangsang perkembangan pribadi yang lebih baik pula. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline