1. Merdeka Belajar Sebagai Solusi Rendahnya Pendidikan di Indonesia
Sudah tidak diragukan bahwa pendidikan di Indonesia tertinggal jauh jika dibandingkan negara-negara lain. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah solusi untuk mengejar ketertinggalan sistem pendidikan yang ada pada saat ini. Sebagai salah satu solusinya adalah Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Program ini seperti yang disampaikan oleh (Neng Virly Apriliyani, 2022) Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim pada 24 Januari 2020, merupakan inovasi terbesar di pendidikan tinggi. Program ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang siap menghadapi perkembangan teknologi, tuntutan dunia usaha, dan perubahan zaman.
Hal tersebut tentu saja tidak tanpa pertimbangan, melihat banyaknya problematika pendidikan yang terjadi di Indonesia, diharapkan program tersebut dapat menjadi jawaban dalam permasalahan itu. Kebijakan pemerintah terkait konsep MBKM saat ini telah diimplementasikan secara luas di seluruh Indonesia, mencakup semua jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, hingga Perguruan Tinggi (Hasanah, 2022). Karena, pada kenyataanya Indonesia perlu lebih siap dalam menghadapi tantangan pesatnya peningkatan zaman.
Dalam menghadapi era Society 5.0, Indonesia harus siap menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan globalisasi. Bukan hanya ekonomi yang menjadi fokus, tetapi juga pentingnya pengetahuan, pendidikan, dan keterampilan yang memadai. Generasi muda Indonesia perlu dipersiapkan agar memiliki kompetensi yang diperlukan untuk bersaing dengan tantangan masa depan. (Yosef Patandung, 2022)
2. Tantangan dari Implementasi Kampus Merdeka
Dalam melaksanakan sebuah program selalu ada kendala yang menyebabkan terhambatnya pelaksanaan program tersebut, hal tersebut terjadi dikarenakan kurangnya relevansi antara program dan situasi yang terjadi di dunia nyata. Seperti yang dikatakan oleh (Abdul Mukti Bisri, 2023) Salah satu faktor utama yang menghambat pelaksanaan MBKM, menurut mayoritas responden, adalah keterbatasan sumber daya, baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya lain seperti fasilitas dan pendanaan. Responden pertama-tama menyebutkan keterbatasan anggaran sebagai tantangan utama, karena menurut mereka, masalah dana adalah hambatan terbesar dalam implementasi MBKM.
Tantangan lain yang dihadapi adalah membebaskan guru dari beban regulasi, birokrasi, dan administrasi yang tidaklah mudah. Hal ini menyebabkan stagnasi yang merugikan para guru serta dunia pendidikan. Guru seringkali terjebak dalam tugas administratif yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan di kelas. Akibatnya, mereka kekurangan waktu dan energi untuk mengembangkan diri, menulis, meneliti, serta meningkatkan wawasan dan profesionalisme. (Bastari, 2021)
Selain itu, Perguruan Tinggi kecil yang memiliki keterbatasan sumber daya manusia dan sarana prasarana, terutama perguruan tinggi negeri (PTN) di daerah terpencil, menghadapi tantangan besar dalam menjalin kolaborasi dengan instansi besar dan PTN unggulan untuk pengembangan ilmu dan pengalaman mahasiswa. Tanpa mekanisme yang jelas dan visi bersama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta kementerian lainnya, kebijakan ini dianggap baik secara teori tetapi menimbulkan masalah dalam implementasinya. (Nofia, 2020) Beberapa tantangan tersebut membuat program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menjadi kurang efektif dalam menyelesaikan sekaligus memperbaiki sistem pendidikan yang ada di Indonesia.
3. Perbaikan Kebijakan Kampus Merdeka agar Relevan dengan Kondisi yang ada
Dalam menghadapi tantangan di atas perlu solusi yang sesuai dengan kondisi pemerintahan saat ini. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan :
1. Peningkatan Anggaran dan Pendanaan