1. Pengertian Literasi Digital
Menurut Chairul Rizal dalam bukunya Literasi Digital, ia berpendapat bahwa secara tradisional, "literasi" dapat dimaknai sebagai kemampuan membaca dan menulis. Lebih lanjut, Definisi literasi yang disusun oleh para pakar UNESCO dalam Pertemuan Paris menunjukkan bahwa konsep literasi telah diperluas. Literasi kini tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga juga mencakup keterampilan untuk mengenali, memahami, menafsirkan, menciptakan, berkomunikasi, menghitung, dan memanfaatkan materi cetak serta tulis dalam berbagai konteks.
Haickal Attallah Naufal juga mengatakan dalam jurnalnya, literasi digital bukan sekadar menggunakan perangkat digital saja melainkan literasi digital diharapkan mampu untuk menemukan dan memilih informasi. Kemampuan berpikir kritis, berinovasi, bekerja sama dengan orang lain, berkomunikasi dengan baik, serta memperhatikan keamanan digital dan perubahan sosial-budaya yang terjadi
Dari pernyataan di atas, bisa disimpulkan bahwa menjadi seorang yang pawai dalam Literasi Digital berarti menjadi seseorang yang pandai memilih dan memilah suatu peristiwa, pendapat, atau pernyataan yang ada di internet, kemudian dapat mengidentifikasi dan memahami konteks yang diuraikan di media tulis yang bersangkutan. Selain itu, menjadi orang yang pandai dalam Literasi Digital juga berarti mampu menciptakan serta mengkomunikasikan suatu pandangan dengan efektif, dan tentu dengan sumber yang jelas.
2. Korelasi antara Literasi dengan Kemampuan Berpikir Kritis
Seperti kata Pepatah "Buku adalah jendela dunia," dengan membaca kita dapat melihat, mengetahui, dan memahami sebuah peristiwa atau sesuatu tanpa mengalami langsung peristiwa tersebut. Semakin sering membaca, semakin terbuka juga sudut pandang kita terhadap sesuatu yang sebelumnya tak pernah terpikirkan oleh diri kita. Selain itu, membaca yang sudah kita saring di sosial media dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis kita sebagai mahasiswa. Jika dilihat dari sejarah, tokoh-tokoh yang berhasil sukses di bidangnya memiliki kebiasaan untuk membaca, sehingga mereka dapat menciptakan sebuah pemikiran serta solusi dari permasalahan di eranya Beberapa tokoh Islam terkenal dalam sejarah yang memiliki kebiasaan rajin membaca dan memberikan kontribusi besar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan adalah:
1. Ibnu Sina (Avicenna) Ibnu Sina
adalah seorang filsuf dan dokter terkenal dari Persia pada abad ke-10. Ia dikenal sebagai "Bapak Kedokteran Modern" dan menulis banyak buku penting, termasuk Al-Qanun fi al-Tibb (The Canon of Medicine).
2. Al-Farabi
adalah seorang filsuf dan ilmuwan terkemuka dari abad ke-9 yang sangat mempengaruhi perkembangan filsafat Islam dan Barat. Selain filsafat, ia juga mendalami ilmu politik, musik, dan logika. Kegemarannya membaca dan menulis membuatnya dikenal sebagai salah satu intelektual besar dalam sejarah Islam..
3. Al-Ghazali
Al-Ghazali adalah seorang teolog, filsuf, dan sufi terkenal dari abad ke11. Ia menulis banyak buku tentang agama, filsafat, dan tasawuf, yang menunjukkan luasnya pengetahuannya. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Ihya Ulum al-Din (Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama). 3
4. Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun adalah seorang sejarawan dan sosiolog terkenal dari abad ke-14, yang dikenal melalui karyanya Muqaddimah (Pengantar).Ia rajin membaca dan mempelajari berbagai teks untuk merumuskan teorinya tentang peradaban dan masyarakat.
5. Al-Biruni
Al-Biruni adalah seorang ilmuwan dan ahli astronomi dari abad ke10. Karyanya Kitab al-Hind yang mendokumentasikan budaya dan ilmu pengetahuan India adalah bukti betapa besar kecintaannya pada pembelajaran dan penelitian. Hal tersebut berkaitan dengan pernyataan Siti Zubaidah dalam jurnalnya yang mengatakan bahwa, salah satu kecakapan hidup yang harus dikembangkan melalui pendidikan adalah kemampuan berpikir.
Keberhasilan seseorang dalam hidup sebagian besar dipengaruhi oleh keterampilan berpikir, terutama dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.