Lihat ke Halaman Asli

Aan Ridwan

Pembelajar seumur hidup

Kurir Kehidupan

Diperbarui: 14 Januari 2019   06:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : dokpri


Menjadi seorang freelancer itu harus pandai-pandai memanfaatkan peluang.Kadang Saya menjadi tukang kurir, pengajar privat atau bahkan tukang bersih-bersih di suatu kos-kosan.

Pagi kadang menganggur, siang dapat tawaran job, sorenya ada jadwal mengajar privat dan malam harinya biasanya kembali santai menjadi manusia merdeka.

Kadang Saya main hajar aja. Saya pikir, selagi masih muda sebisa mungkin mengisi hidup dengan hal-hal yang produktif.

Selama pekerjaan itu halal menurut Allah, Saya hajar aja. Saya eksekusi aja.

Kemarin sabtu, ceritanya Saya sempat dibuat sibuk. Pagi hari ada pekerjaan bersih-bersih kosan. Sore hari ada jadwal mengajar privat di Bandung. Selepas magrib ada job mengantar berkas ke Cimahi. Dan malam itu juga berkasnya harus dikirim ke Jakarta.

Kalau di posisi seperti itu Saya sempat berpikir lamban. Tidak cepat ambil keputusan. Mungkin peluang-peluang yang lain akan hilang.

Kalau waktu itu, Saya punya pikiran menunda di esok harinya. Mungkin ceritanya bisa beda dan pengalamannya jadi biasa saja.

Alhamdulillah, semua peluang hari itu saya ambil. Diselesaikan dengan segera. Satu persatu pekerjaan selesai dengan baik. Pada pukul 23.30 Wib saja, Saya masih di tempat jasa pengiriman. Hingga Selarut itu mengejar dunia. Sesibuk itu Saya menyelesaikan tugas dunia.

Akhirnya, Saya merenung sejenak setiba di indekos. Untuk urusan dunia saja Saya begitu bersegera dan terburu-buru seakan dikejar waktu. Bagaimana kalau soal urusan akhirat!?

Bukankah kita semua adalah bagian dari kurir kebaikan untuk segenap manusia di muka bumi ini?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline