Lihat ke Halaman Asli

Aan Nurfauzan

Virtual Assistant

Anarki: Benarkah tentang Kekerasan dan Kekacauan?

Diperbarui: 2 September 2024   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh LT Chan di Pexels

Ketika kita mendengar istilah "anarki," sering kali yang terbayang adalah gambaran teror, bom, dan kehancuran. Stereotip yang ada seakan-akan menghubungkan anarkisme dengan kekerasan dan kekacauan---hilangnya nilai-nilai moral dan rasionalitas. Namun, benarkah anarki selalu berarti kekacauan? Atau mungkin ini adalah citra yang diciptakan oleh pihak-pihak yang berkuasa untuk mengekang pandangan masyarakat?

Anarkisme sering dianggap sebagai ancaman terhadap negara, seolah-olah tanpa adanya penguasa, dunia akan berantakan dalam kekacauan total. Namun, gambaran ini tidak sepenuhnya akurat. Dalam cakupan yang lebih luas, anarkisme justru merupakan ideologi yang menolak kekuasaan yang menindas dan berjuang untuk kebebasan individu serta keteraturan yang lebih hakiki.

Anarkisme: Ideologi yang Perlu Dikenali

Dalam Political Compass, anarkisme ditempatkan di kuadran kiri bawah---area yang dikenal dengan sifat libertarian dan progresif. Ini berarti bahwa anarkisme menolak otoritas yang terpusat dan mendukung kebebasan individu secara maksimal. Sayangnya, masih banyak orang yang mengaitkan anarkisme dengan tindakan destruktif, padahal pandangan tersebut hanya sebagian kecil dari keseluruhan ideologi anarkisme.

Kata "anarki" berasal dari bahasa Yunani yang berarti "tanpa pemimpin" atau "tanpa penguasa." Konsep ini penting dalam memahami anarkisme. Penguasa sering berpikir bahwa tanpa pemimpin, segala sesuatu akan berakhir dalam kekacauan. Namun, Peter Kropotkin, seorang pemikir anarkis, berpendapat bahwa meskipun manusia tidak sempurna, itu bukan alasan untuk mempertahankan sistem kekuasaan yang menindas.
 

Keteraturan dalam Tanpa Penguasa

Pierre-Joseph Proudhon, seorang pemikir Prancis abad ke-19 yang mengidentifikasi dirinya sebagai anarkis, memiliki pandangan yang menarik. Ia berargumen bahwa "Anarchy is Order"---anarki adalah keteraturan. Proudhon menyarankan agar individu mengatur diri mereka sendiri dalam kelompok-kelompok kecil yang disebut komune. Setiap komune bekerja sama secara sukarela untuk mencapai tujuan bersama, seperti memperbaiki infrastruktur lokal atau menyelesaikan masalah komunitas.

Dalam pandangan Proudhon, keputusan diambil melalui demokrasi langsung, tanpa perwakilan atau pemerintah pusat. Artinya, tidak ada paksaan, kotak suara, atau wakil yang berbicara atas nama orang lain. Semua anggota komune terlibat langsung dalam pengambilan keputusan.

Anarkisme dan Lingkungan

Murray Bookchin, seorang pemikir anarkis asal Amerika Serikat, memperkenalkan dimensi lingkungan dalam anarkisme. Ia berargumen bahwa sistem yang terpusat justru memperburuk kerusakan lingkungan. Bookchin mengkritik keputusan yang dibuat oleh pusat kekuasaan, yang seringkali dipengaruhi oleh industri besar tanpa mempertimbangkan dampaknya pada lingkungan lokal. Ia percaya bahwa masyarakat lokal, yang merasakan dampak langsung dari keputusan lingkungan, harus memiliki kontrol penuh atas kebijakan tersebut.

Bookchin mengusulkan sistem konfederasi, di mana kelompok-kelompok kecil berkoordinasi untuk mengelola urusan mereka sendiri. Konsep ini dikenal sebagai "munisipalisme libertarian," di mana masyarakat lokal memiliki wewenang penuh atas nasib mereka sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline