Lihat ke Halaman Asli

Usia dan Kedewasaan

Diperbarui: 25 Juni 2015   09:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

:D

Kemarin (24/02) saya ‘ngobrol’ bareng seorang teman di twitter. Namanya sebut saja: Mbak Didi (begitu ia biasa disapa). Hehe, meski dari ke-3 kata namanya ga ada unsur ‘Di’, tapi ia bisa dipanggil Di. Mirip sama saya, walau nama di KTP tertera Aan Nugroho, di rumah saya dipanggil Adi. Cerita berawal ketika ia mengomentari Saeful Bahri, seorang anggota kepolisian yang gantengnya bikin heboh acara-acara gosip di tipi. Saya sendiri tidak begitu mengikuti beritanya. Mungkin akan lain cerita seandainya berita di tayangan gosip adalah ‘heboh polwan cantik & seksi’. Nah, bisa saja saya tak bisa lepas dari Insert, Selebrita, Kiss, dan acara-acara sejenis itu. (kok saya malah hafal ya?

:D

) Kembali lagi ke laptop. Mbak Didi bilang, meski Saeful Bahri itu tampan dan gagah, tapi menurutnya dia masih terlihat masih seperti bocah. Hmmm, saya juga pernah lihat Saeful meski sekilas. Memang tampangnya masih bocah. Unyu-unyu gitu, mungkin ini yang bikin kaum hawa gemes sama polisi satu ini. Seandainya Saeful berdiri jejer dengan saya, bisa jadi dia terlihat 7 tahun lebih muda dari saya. Haha… Selanjutnya Mbak Didi bilang kalau kedewasaan seseorang tak bergantung dari usia. Bisa saja seseorang masih berumur 20 tahun namun cara berpikir layaknya orang 30 tahun. Saya sih setuju-setuju saja. Ga bisa dipungkiri kalau kenyataan seperti ini ada di lingkungan sekitar kita. Tingkat kedewasaan yang tak sebanding dengan usia. Seperti seorang teman saya yang ditinggal wafat oleh ayahnya waktu ia masih duduk di bangku SMA. Sejak itu praktis ia menggantikan beberapa tugas seorang ayah di dalam keluarganya. Dan terbukti, dia jadi terlihat lebih dewasa dibandingkan dengan teman-teman seangkatan. Sebaliknya, ada sepupu saya yang sekarang sudah menapaki usia 34 tahun tapi belum juga mau menikah. Dia masih suka foya-foya dan jalan-jalan. Dia juga sering bergaul dengan teman-teman yang usianya jauh di bawahnya. Dan saya lihat pola pikirnya mungkin masih sebanding sama saya yang 11 tahun di bawahnya. Memang, usia ga menjamin kedewasaan seseorang. Tapi seiring bertambahnya umur, tingkat kedewasaan juga (se)harus(nya) bertambah. Maka demi alasan menambah kedewasaan, saya ga segan untuk bergaul dengan orang yang lebih tua dan saya anggap lebih dewasa. Saya juga sering berbagi cerita, meminta pendapat, dan bertukar pikiran dengan mereka. Dengan harapan supaya saya jadi ketularan dewasa. Haha Tapi bukankah sebaiknya usia dan kedewasaan itu berjalan beriringan? Mereka yang berumur 20 tahun, bersikap dan berpikirlah layaknya seorang berumur 20 tahun. Menjadi dewasa terlalu cepat juga ga baik, bukan? Juga mereka yang berusia 30 tahun, bersikap dan berpikirlah layaknya seorang yang berusia 30 tahun. Jangan sampai umur sudah 40 tapi kelakuan masih seperti remaja. Jangan sampai ada istilah ABG tua lah, puber kedua lah, tua-tua keladi lah. Hehe Menjadi dewasa adalah sebuah pilihan yang tak bisa dipaksakan. Belajarlah dari pengalaman, karena itu salah 1 cara menjadi lebih dewasa. Bagaimana cara menambah kedewasaan menurut kalian?

:)

*Diketik pada suatu pagi di Jakarta oleh @AanNoe*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline