Lihat ke Halaman Asli

Kartu Keluarga

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

:D

Hmmm… Memang benar sampai tulisan ini diketik saya masih menyandang status single. Iya, single, bukan jomblo lhoh ya. Halah, bukannya kedua istilah tadi sama saja? Hehe, kalau menurut hemat saya yang tampan ini, single dan jomblo itu BEDA.!! Bedanya dimana? Setidaknya kata single lebih manusiawi dan lebih nyaman didengar. Beda dengan istilah jomblo yang sering ditambah-tambahi embel-embel ngenes, jadilah jomblongenes. Digabung sama 24 karat jadi jomblo dua puluh empat karat. Sebagai cowok tampan yang memegang teguh prinsip kesetiaan(setia dengan kesendirian), saya paling anti melabeli diri saya dengan jomblongenes. Secara kesannya kasihan banget gitu, amat sangat tersiksa gitu. Padahal kenyataannya belum tentu begitu, bisa jadi lebih parah. 

Suatu hari di tahun 2011, dimana waktu itu kata ‘galau’ menjadi semacam kata wajib yang pasti nongol di timeline setiap kali saya buka twitter. Ketika itu saya benar-benar sedang dilanda kegalauan yang luar biasa.* Jadi semacam tak mau ketinggalan sama trend terkini gitu* Galau tingkat dewa, tingkat nasional, tingkat perdana menteri, tingkat tinggi, dan tingkat-tingkat yang lain. Yap, saya akui anak-anak twitter kreatif. Mereka punya istilah sendiri-sendiri untuk melukiskan level kegalauan mereka. Contohnya, “gue lagi galau tingkat nasional banget nih, gara-gara cowok gue selingkuh sama cowok lain”. Atau, “nyesek adalah ngeliat cowok yang kita taksir mainan boneka barbie. *galau tingkat menteri*”.

Pas saya sedang galau itu, saya mendadak iseng merancang kartu keluarga. Daripada galau tak terlampiaskan, lebih baik disalurkan ke hal yang positif. Bisa dibilang, inilah galau kereaktif. Tentu saja cuma saya yang bilang begitu. Yah, walaupun sekadar corat coret. Nah, kebetulan yang saya corat coret adalah kertas kosong. Dan kebetulannya lagi, yang saya coretkan adalah semacam rancangan kartu keluarga saya. Ahehe, berhayal boleh dong boleh dong boleh dong? Nah, di kartu keluarga hasil rekaan itu saya jadi kepala keluarga, pasti itu. Kemudian yang jadi istri alias pendamping kepala keluarga adalah seorang gadis yang tak bisa saya sebutkan namanya. Tapi cewek yang bernama seperti yang saya tulis di KK rancangan itu benar-benar ada. Eeee, dia itu sejenis gadis yang sekarang saya taksir. Hehe. Karena satu dan banyak hal nama gadis itu tak bisa saya ketik, salah satunya karena kemaluan saya terlalu besar. Pssstt…. Jangan mikir ngeres ya. Hehe…

Lalu anggota keluarga lainnya yaitu anak saya, ada 2 orang. Anak pertama cowok, saya kasih nama Alifito Maulana. Alifito diambil dari kata alif, huruf pertama dari kumpulan aksara hijaiyah, maklum dia kan anak pertama. Lalu Maulana artinya pemimpin. Jadi arti nama anak laki-laki saya ini adalah, pemimpin yang utama.

Selanjutnya anak ke-2 lahir perempuan. Saya membayangkan anak ini kelak akan secantik ibunya. Nama anak ini adalah Ummi Fathia Aufa Tunnisa. Jangan tanya apa arti namanya, karena saya sendiri belum tahu. Mungkin nanti ibunya yang bisa menjawab. Dilihat dari namanya saja cukup keren kan? Saya yakin nama ini mengandung arti yang bagus. 

:D

Demikianlah rancangan kartu keluarga hasil imajinasi diwaktu galau. Secara garis besar saja, yaitu berisi tentang anggota keluarga. Ke depannya ingin saya tambahin tanggal lahir dan pendidikan tiap personel.. Namanya juga menghayal. Haha

*sekadar berhayal saja, sebelum ia dinyatakan ilegal di negara ini. :p

Follow twitter saya, @AanNoe :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline