Lihat ke Halaman Asli

Kampung Kecilku Kampung Tahayul (Bag 3)

Diperbarui: 26 Juni 2015   20:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SEPERTI yang disebutkan Geertz bahwa golongan kedua mahluk halus di Jawa Tengah adalah lelembut, di kampung saya juga sebenarnya dipercaya ada mahluk serupa tetapi saya tak tahu namanya-mungkin juga tak diberi nama. Mahluk gaib yang termasuk dalam golongan lelembut dalam kepercayaan orang Jawa adalah hantu yang suka merasuki orang sehingga membuatnya sakit, gila, atau meninggal. Di tempat lahir saya juga dipercayai hal-hal seperti itu, bahwa orang yang kesurupan dimasuki roh mahluk halus-biasanya melalui ubun-ubun atau jari kaki. Itulah mengapa jika ada orang yang kesurupan orang menolongnya dengan memijit jari kakinya atau membacakan baca-baca dan meniupkannya di ubun-ubun orang kesurupan.

Selain kesurupan, jika seorang anak kecil tiba-tiba berubah nakal atau bertingkah aneh juga sering dipercaya orang di kampung saya sebagai kemasukan roh jahat. Jika terjadi hal seperti itu, anak bersangkutan dibawa oleh orangtuanya ke orang pintar, biasanya ustaz atau sanro (dukun) untuk disembuhkan.

Selain memasuki tubuh orang, ada juga ‘kelakukan' lain mahluk halus golongan ini, yakni menyembunyikan orang, biasanya anak-anak. Anak-anak akan diubah menjadi sangat kecil sehingga saking kecilnya anak tersebut bisa disembunyikan di sela-sela rumput. Jika ada anak yang mengalami hal seperti ini, di kampung saya orang menyebutnya nasobbu setang (disembunyikan oleh setan). Sewaktu SD, ada dua anak di sekolah saya yang katanya pernah nasobbu setang, keduanya kini sudah menikah dan memiliki anak. Orang percaya bahwa anak yang pernah nasobbu setang akan menjadi bodoh. Dua anak teman SD saya waktu itu memang bodoh, sampai kelas empat belum bisa membaca. Apakah ada hubungannya dengan kepercayaan itu? Entahlah.

Ada juga satu peristiwa aneh lain yang konon dulu sering terjadi di kampung saya: mate mallinrung (mati suri). Seorang perempuan gila bernama Calle dipercaya sebelum mengalami mate mallinrung tidaklah gila, normal saja seperti anak-anak lain waktu itu. Tetapi Calle yang suatu sakit hari panas dingin tiba-tiba meninggal. Seperti layaknya jenazah lain, jenazah Calle juga diperlakukan normal; dimandikan dua kali dan dikafani. Tetapi saat akan dimasukkan ke dalam keranda, Calle tiba-tiba bangun meminta segelas air minum kepada ibunya. Para pelayat kaget tetapi ibu-bapaknya bahagia-meskipun kebahagiaan orang tua Calle tak bertahan lama sebab sejak hari itu Calle jadi gila.

Beberapa tempat di kampung kami dianggap angker dan memiliki penunggu. Hal seperti ini memang sudah biasa kita dengar. Cerita-cerita penunggu sebuah tempat seperti ini sering menjadi inspirasi para pembuat film. Sebut saja beberapa film; Si Manis Jembatan Ancol, Hantu Jeruk Purut, Terowongan Casablanca, dan lain-lain. Di kampung saya ada sebuah tempat yang sesungguhnya tidak disebut angker. Orang lebih takut melintasi kawasan pemakaman dari pada tempat di mana semak-semak tumbuh merimbun itu. Orang-orang hanya harus berhati-hati melintas di tempat itu karena sering gatal-gatal setelah melewatinya. Konon di tempat itu dulu banyak orang yang mati dibunuh pada tempo gurilla (zaman pemberontakan Kahar Mudzakkar).

Bentol-bentol yang gatal itu dipercaya hanya bisa disembuhkan oleh badik yang juga pernah dipakai membunuh. Bilah badik itu direndam di sebuah wadah lalu airnya dipakai membasuh bagian tubuh yang gatal-gatal itu. Di kampung kami gatal-gatal itu dikenal dengan sebutan batu kalapaneng.

Soal penyakit, ada sesuatu yang lebih menarik lagi dari masa kecil saya: penyakit bisul. Nenek saya selalu berpesan kepada cucunya agar tidak memungut atau menyentuh uang recahan jika menemukannya di jalan. Sebab menurut kepercayaan nenekku, uang recehan itu bisa saja sengaja dibuang oleh seorang yang punya sakit bisul. Siapa yang memungut uang recehan itu akan tertular bisul. Mengingatnya lagi saya pikir lucu jga ha itu.

Bicara soal sembuh-menyembuhkan, di kampung saya juga banyak hal-hal unik. Beberapa contoh yang saya ingat adalah, jika ada orang naadde' kabuttu bale (tersedat tulang ikan), hal itu mudah disembuh dengan elusan tangan seseorang yang sewaktu masih berada di kandungan ibu, ayahnya meninggal. Kalau saya mendapatkan masalah seperti itu, seorang gadis bernama Nia yang jadi langganan saya. Ayahnya meninggal saat kandungan ibunya masih muda. Lainnya, jika ada dua orang bersaudara suka berkelahi. Kelakuan buruk suka berkelahi ini, menurut kepercayaan orang-orang tua di kampung saya bisa disembuhkan dengan selalu memberikan utti kaddu (pisang kembar/dempet). Di sisi lain, ibu hamil justru dilarang makan utti kaddu. Jika seorang ibu hamil memakan utti kaddu, kelak akan susah bersalin.

 

***

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline