Lihat ke Halaman Asli

Kepada-Mu yang Tak Kukenal

Diperbarui: 21 April 2019   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Sekali lagi,  sebelum kuteruskan perjalananku. Pernah aku diam merapal hening. Mengundang-Mu datang sebelum pagi, melampaui senja dan melewati banyak malam. Kupersembahkan kidung yang paling bisu di atas altar yang paling sakral. Kepada-Mu yang tak kukenal, Tuhan

Asap-asap dupa melukiskan aksara. Kapas-kapas tergambar kebesaran-Mu dibalik cadar semesta. Engkau bersembunyi dalam doa yang paling sunyi. Di balik jantung mantra yang kurapal, Engkau selalu kusebut. Kepada-Mu yang tak kukenal,  Tuhan

Harum kayu-kayu  gaharu terbakar api. Membaralah aksara surgawi dalam kitab tua kebesaran-Mu. Aku menukar mantramu dengan tenang yang candu. Merasa penuh,  kubawa kebesaran-Mu dalam lantunan kidung yang syahdu. Jumawa,  sering aku terseret pada pusaran batin yang angkuh dan berujung di jalan buntu. Sungguh, menafsir-Mu adalah perjalanan panjang yang sampai sekarang belum usai kutempuh. Kepada-Mu yang tak kukenal,  Tuhan

Sedang Kau,  bersemayam dalam ruang paling sepi.  Tak secuil isyarat kehadiran-Mu. Tidak dengan lilin yang mulai kehabisan sumbu. Bukan pula dengan dupa yang mulai tersisa abu. Atau dengan jubah-jubah yang menutupi keringat getirku. Namun,  aroma fana ketakutanku,
gelombang redup ilmu dan peradabanku. Aku tetap mengingat-Mu penuh selalu. Kepada-Mu yang tak kukenal,  Tuhan

Jakarta,  5 April 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline