Lihat ke Halaman Asli

Aan Hasanudin

Senang bercengkrama denganmu

Revisi Metode Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah

Diperbarui: 26 Juni 2021   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Siswa

Tulisan ini berisi keresahan seorang mantan pelajar yang kini telah menjadi mahasiswa semester atas di Perguruan Tinggi.
Sebelum kita baca lebih lanjut tulisannya, mari sejenak kita hitung sudah berapa tahun kita mempelajari bahasa persatuan antar negara ini. Ya, apalagi kalau bukan bahasa inggris. 

Bahasa Inggris memang telah menjadi bahasa komunikasi internasional, hampir seluruh kegiatan baik itu ekonomi, politik, ataupun yang lainnya jika dalam lingkup internasional maka menggunakan bahasa inggris. Terhitung sejak kita duduk di sekolah dasar sampai kita SMA, kita dijejali materi bahasa inggris, berarti dalam jangka waktu 12 tahun kita menjalani proses pembelajaran bahasa inggris tadi. Hold on, tapi kan kita tidak full selama 12 tahun itu belajar bahasa inggris. 

Kita belajar cuma seminggu sekali, itupun hanya beberapa jam. Oke, mari kita hitung tepatnya berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk belajar bahasa inggris itu. Satu minggu sekali dalam 12 tahun itu berarti kita menghabiskan 576 hari, dengan hitungan satu bulan sekolah mengadakan empat kali pertemuan. 

Jika satu kali pertemuan dalam seminggu itu diadakan 2 jam, maka dalam 576 hari itu waktu yang kita habiskan dalam 12 tahun adalah 1.152 jam. Waktu yang cukup lama untuk kita bisa mempelajari bahasa asing. Namun bisa kita lihat hasilnya, tidak banyak orang yang mampu menguasai atau bahkan bisa berkomunikasi dalam bahasa inggris.

Sebagai orang yang terlahir tidak diberikan Previllege untuk bisa membantu dalam belajar bahasa inggris, seperti dikelilingi oleh orang-orang yang setiap hari secara konstan berbicara dalam bahasa inggris, atau diberikan fasilitas untuk les bahasa inggris, maka sudah barang tentu penulis hendak menggugat sekolah dalam memberikan pelajaran bahasa inggris kepada siswanya. Bagaimana tidak, menurut analisis penulis sendiri, cara sekolah dalam mengajarkan bahasa inggris kepada murid cukup disayangkan. 

Bahasa yang seharusnya menjadi media komunikasi untuk bisa saling memahami maksud antar satu sama lain, dibuat menjadi sedemikian menakutkan dan kaku dengan aturan grammarnya. Karena sekolah terlalu menitikberatkan pada grammar, ini membuat murid ketika hendak mempraktekan ilmu bahasa yang telah dipelajari menjadi ragu, entah itu ragu karena grammarnya masih belum bagus atau ragu karena kawatir diejek teman-temannya kalau sekiranya ternyata bahasa inggris yang diucapkan tidak terlalu bagus.

Sekarang, mari kita lihat cara alamiah manusia dalam mempelajari bahasa. Manusia pada umumnya mempunyai bahasa turunan dari orang tua. Jika terlahir dari keluarga Korea, maka bahasa ibunya adalah bahasa Korea. Jika terlahir dari keluarga China, maka bahasa ibunya adalah bahasa China. 

Berbeda dengan Indonesia, seseorang bisa saja mempunyai bahasa ibu yang berbeda-beda, bisa jawa, sunda, atau bahkan melayu tergantung darimana keluarga itu berasa. Mengingat di Indonesia banyak terdapat bahasa daerah. Bisa diartikan, bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang diterima oleh seorang anak dan menjadi alat komunikasi sehari-hari.

Manusia secara alami mempelajari bahasa dimulai dari mendengar, kemudian waktu demi waktu mulai mengucapkan apa yang sudah didengar. Biasanya kata pertama yang diucapkan seorang bayi adalah "ibu" (mamah), ayah, kemudian mengenal naam orang-orang disekitarnya. Beranjak anak-anak, kemampuan pendengaran sudah semakin terlatih dan kosakata baru sudah semakin banyak diterima. 

Artinya, pada tahap ini seorang manusia sudah mulai bisa berkomunikasi dengan manusia lainnya. Baru kemudian si anak masuk sekolah, dan mulai belajar membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis dilatih sejak sekolah dasar. Sampai sini, kita bisa lihat bahwa proses alamiah manusia dalam belajar bahasa dimulai dari listening (mendengar), speaking (berbicara), reading (membaca), dan writing (menulis). Listening, speaking, reading, dan writing, sebuah kombinasi ampuh untuk manusia bisa menguasai bahasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline