Mengharapkan regulasi pemerintah saat ini untuk menghentikan program yang ramah anak bagaikan buang garam ke laut, mengingat banyak permasalahan yang sedang dihadapi dan cenderung membelit dalam tubuh eksekutif maupun legislatif tidak terkecuali lembaga yudikatif yang tidak kunjung selesai permasalahannya.
Sebagian besar media yang diharapkan bisa menjadi fourth estate untuk mengimbangi ketiga kekuatan tersebut kurang bisa memberikan isi berita yang proporsional karena pengaruh ownership dalam mempengaruhi kebijakan isi berita yang lebih memfokuskan pada informational dan entertainment function daripada educational function yang dapat memberikan nilai - nilai edukasi yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa terutama pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai penerus bangsa.
Fungsi informasi sebagian media sudah mulai keluar dari jalurnya sebagai media pewarta yang menginformasikan berita - berita yang memberikan kemanfaatan dan wawasan berfikir dalam memajukan warga untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan negara. Fenomena yang menimpa figur publik adalah salah satunya, kemasan yang ditampilkan terkesan kasar tanpa memperhatikan dampak moral dan efek tayangan tersebut pada pemirsa terutama anak - anak. Di samping itu, pembedaan antara news dan views seringkali tidak bisa dibedakan, yang mana berita dan yang mana pandangan reporter terkadang membuat bingung pemirsa yang akhirnya mengakibatkan efek bias pada informasi yang disampaikan.
Fungsi menghibur lebih menggambarkan budaya latah mengikuti tren - tren dunia yang tidak disesuaikan dengan nilai - nilai dan budaya bangsa. Akibatnya, hal tersebut menjadi trend setter remaja dan bahkan anak - anak. Budaya Latah sebagian besar masyarakat Indonesia tanpa diimbangi filterisasi terhadap dampak teknologi informasi dan komunikasi tersebut semakin memberikan peluang bagi terciptanya lingkungan yang kurang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Bisakah kita menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak akibat derasnya pengaruh media, khususnya televisi?
Jawabnya tentu bisa. Orang tua adalah lingkungan terkecil masyarakat yang memberikan fungsi kontrol dalam memberikan pembentukan sistem nilai dan norma - norma untuk mempersiapkan anak dalam melakukan filterisasi terhadap pengaruh dan efek - efek negatif media televisi yang dibentuk pada masa lima tahun awal perkembangan anak. Peran orang tua menjadi langkah awal dalam mengatasi derasnya aliran tayangan tersebut melalui stimulasi kemampuan kepada anak untuk mengakses, mengerti dan menciptakan filter dalam berbagai konteks yang beragam. Hal ini kemudian dikenal dengan istilah Media Literacy atau melek media. Media Literacy ditujukan untuk memberikan kesiapan kepada anak dalam menerima setiap tayangan televisi melalui pengetahuan yang cukup, tingkat emosi, dan sosial anak sesuai usia perkembangannya.
Di samping itu, orang tua juga dapat berperan sebagai mediator dan pendampingan. Orang tua sebagai mediator antara anak dengan tayangan televisi melalui pemberian regulasi kepada anak mengenai tayangan yang boleh tonton berikut alasannya. Regulasi yang diberikan bukan semata - mata instruksi yang bersifat otorotatif orang tua mengenai boleh tidaknya sebuah tayangan televisi dilihat anak, akan tetapi anak semenjak dini memiliki kesadaran mengenai pentingnya konten - konten relevan sesuai perkembangannya. Pendampingan berikut diskusi tayangan program televisi dengan anak dalam beberapa penelitian dapat memberikan efek positif terutama pembelajaran anak dalam memahami nilai - nilai keluarga.
Dalam hal ini, remote control televisi bukan lagi bahan rebutan orang tua dengan anak yang rebutan tayangan idola masing - masing, akan tetapi remote control orang tua bisa menjadi penyaring tayangan - tayangan yang layak konsumsi.
Tulisan singkat ini semoga bisa menjadi inspirasi untuk tulisan selanjutnya yang memberikan penjelasan komprehensif dari berbagai sudut pandang, sehingga dapat memberikan panduan bagi para orang tua yang masih memiliki anak usia balita dan remaja mengenai tayangan - tayangan ang sesuai usia perkembangan anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H