[caption id="attachment_298611" align="aligncenter" width="622" caption="Penampilan sederhana Shohei Yamaki di Java Jazz Festival 2014."]
[/caption]
Minggu (02/03/2014) lalu adalah hari terakhir penyelenggaran Jakarta International Java Jazz Festival 2014. Tepat pukul tujuh malam saya sampai dilokasi pertunjukan tepatnya di kawasan Jiexpo Kemayoran dan segera membaur dengan puluhan ribu penonotn lainnya. Hari ketiga Java Jazz Festival tidak ada agenda khusus kecuali mengunjungi beberapa panggung dan menemukan hal menarik dibalik kemegahan festival tahunan ini .
Setelah sejenak bersantai menikmati alunan musik jazz dan sekaleng kopi instan di spot favorit di arena terbuka First Media Stage, saya berjalan perlahan hingga akhirnya berhenti di depan Booth Sapporo City Jazz yang berisi tentang promosi festival jazz legendaris negeri sakura. Namun yang menarik adalah sebuah informasi yang menyampaikan bahwa gitaris dan musisi Jazz berbakat Shohei Yamaki akan tampil di Java Jazz Stage sesaat lagi. Karena rasa penasaran dan sempat melewatkan penampilannya di hari kedua, saya bergegas menuju panggung yang dimaksud.
Shohei Yamaki artis muda jazz berbakat dari Sapporo, Jepang. Sebuah kota yang menjadi tempat penyelenggaraan festival musik jazz legendaris Sapporo City Jazz. Yamaki adalah gitaris yang memulai mengenal instrumen sejak umur tiga belas tahun, kemudian memenangkan kontes sebagai musisi terbaik di festival Sapporo City Jazz tahun 2010 setelah bersaing ketat dengan 200 kontestan lainnya. Prestasi ini menjadi pengantar baginya untuk mendunia, ia didaulat untuk tampil di acara 2011 International Jazz Festival di Kanada.
Penampilannya di Java Jazz Festival 2014 adalah bagian dari komitmen sebagai duta acara Sapporo City Jazz yang setiap tahun digelar pada periode Juli – Agustus di kota Sapporo dan juga beberapa agenda musik jazz yang digelar sepanjang tahun di Jepang dari kota Osaka hingga Tokyo. Dengan kemampuan dan prestasinya Yamaki didapuk menjadi komisi eksekutif festival tersebut. Sejak tahun 2011 hingga sekarang ia telah merilis beberapa album dan menjalani tur dunianya termasuk di Australia awal tahun 2013.
Di panggung Java Jazz Festival Yamaki langsung menghentak dengan beberapa lagu cover yang akrab ditelinga penonton antara lain lagu Hotel California yang dipopulerkan oleh grup Eagles dan lagu hit Bruno Mars berjudul Just The Way You Are. Setelah puas berinteraksi dengan penonton, Yamaki mulai menunjukkan kepiwaiannya memetik dawai gitar, menampilkan adegan, ekpresi dan suasana hati instrumental yang sangat dinamis.
Lewat petikan lagu balada yang berlanjut kepada teknik Tap Finger Style, Yamaki sukses merebut atensi penonton. Hingga tiba puncaknya membawa gitar akustik yang ia mainkan masuk ke dalam energi musik blues yang meledak ledak penuh rasa “saya adalah seorang yang mencintai musik blues, memainkan gitar berawal dari genre blues, berikutnya saya akan memainkannya untuk anda Shohei Blues, ini adalah blues yang khas dari saya” ujar Yamaki kepada penonton yang memadati arena pertunjukan.
Usai berpuas menyaksikan Shoei Yamaki saya meneruskan petualangan jazz, penampilan Teza Sumendra jebolan ajang pencarian bakat Indonesian Idol di arena terbuka mendapatkan sambutan yang hangat dari penggemarnya yang didominasi kaum hawa. Malam kian larut dan saya nyaris tenggelam ketika dibawa masuk kedalam alunan Jazz grup ESQIEF. Syaharani memang layak mendapat predikat ratu jazz Indonesia, ia berhasil membawakan musik jazz dengan formula yang bisa diterima oleh semua kalangan. Paduan permainan gitar Didit Saad dan Donny Suhendra menyatu dengan kematangan vokal Syaharani, membuat saya rebah dan terlena di hamparan arena pertunjukkan yang luas.
Masih terngiang dalam otak saya alunan harmoni jazz dan inspirasi penulisan lagu Arisan Hujan yang dibawakan ESQIEF, sebelum akhirnya saya harus mengakhiri perjalanan Java Jazz Festival dengan mengintip penampilan pamungkas Summer Horns sebuah kolaborasi musik yang digawangi oleh pemain saxophone legendaris, Dave Koz. Paduan kwartet saxophone tersaji apik, Dave Koz berbagi ritme dan melodi musik dengan Gerald Albright, Richard Elliot, dan Mindi Abair.
Jelang tengah malam sebagai penampilan pamungkas, Sound of Soul Project di First Media Stage sukses menutup pesta tahunan musik jazz terbesar di Indonesia dan mengiringi saya menuju pintu keluar pertunjukkan, bergabung dengan puluhan ribu penonton yang pulang dengan beragam cerita, sampai jumpa tahun depan !
[caption id="attachment_298612" align="aligncenter" width="622" caption="Shohei Yamaki sukses memadukan unsur Blues dan Jazz kota Sapporo. "]
[/caption]
[caption id="attachment_298613" align="aligncenter" width="622" caption="Teza Sumendra musisi jazz berbakat yang diidolakan kaum hawa. "]
[/caption]
[caption id="attachment_298614" align="aligncenter" width="622" caption="Syaharani dan ESQIEF musik jazz dan inspirasi lagu Arisan Hujan."]
[/caption]