Sudah hal biasa rasanya ketika kita membahas mengenai kesehatan mental selalu muncul stigma - stigma yang terkadang menyudutkan penderita kesehatan mental. Sering kali terdengar ucapan "kamu jauh dari tuhan", "kamu perlu di ruqiah", "kamu aja yang lebay" dan masih banyak lagi. Namun sebenernya apakah salah menjadi penderita kesehatan mental? Atau stigma di masyarakat yang salah?.
Ada beberapa stigma atau persepsi di masyarakat yang menganggap bahwa kesehatan mental itu tidak ada, yang ada hanyalah luka luka fisik yang dapat dilihat secara kasat mata. Jelas sangat sulit mengubah stigma tersebut karena sudah mengakar cukup lama.
Sebenanya tidak sepenuhnya salah anggapan tersebut, karena stigma tersebut biasanya muncul dari kalangan kalangan yang memiliki sudut pandang yang berbeda dan sudah berlangsung terus menerus. Namun jika di teruskan dan tidak diputus rantai ini dengan memberi psikoedukasi akan sangat sulit mendapatkan dukungan lingkungan bagi para penderita kesehatan mental.
Seperti anggapan rumah sakit jiwa hanya untuk untuk orang gila, namun nyatanya di rumah sakit jiwa banyak sekali orang - orang dengan masalah kesehatan mental yang berbeda beda dan mirisnya ternyata kebanyakan penderita kesehatan mental datang dari kalangan pintar.
Melakukan psikoterapi atau menerima bantuan psikolog dan psikiatter bukan lah suatu hal yang memalukan. layaknya penyakit fisik yang perlu di sembuhkan, Luka psikis dan bantin juga perlu di sembuhkan agar dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik.
Itulah sebabnya psikolog tugasnya bukan hanya praktik tapi juga memberikan edukasi ngenai kesehatan mental agar semua kalangan usia dapat lebih peduli dengan kesehatan mental dengan ditambah adanya world mental health day yang diharapkan dapat memberikan edukasi pentingnya kesehatan mental.
Kita juga bisa memulai memberi tahukan mengenai pentingnya kesehatan mental. Yang dapat kita mulai dari lingkurang keluarga kita terlebuh dahulu. Agar kita bisa mematahkan stigma - stigma buruk mengenai kesehatan mental yang masih berada di kalangan masyarakat.
Mengakui bahwa ada yang salah pada diri kita dan memberanikan diri untuk menerima bantuan psikolog atau psikiater bukan lah hal yang memalukan, justru dengan kita mengakui adanya masalah pada diri kita itu adalah tanda bahwa sebenarnya kita peduli pada diri kita dan ingin berusaha menjadi lebih baik lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H