Lihat ke Halaman Asli

[MPK] Bapak, Aku Rindu Senyummu

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Untuk kesekian kalinya ibu menangis, menangis dengan tertahan diatas kasur, dan aku mendengar isakannya, meski aku pura-pura tidur., sedang bapak, dia memilih tidur di kursi ruang tamu setelah ia marah-marah padaku dan ibu membelaku seraya mengingatkan bahwa anaknya masih kecil, masih perlu arahan, bukan hanya marahan dan bentakan jika anaknya membuat kesalahan, namun bukannya mendengar kata ibu, malah bapak memaki-maki ibu sebagai wanita yang tidak becus mendidik anak.

Bukan kali ini bapak marah padaku dan akhirnya bertengkar dengan ibu, ini sudah sering terjadi, aku yang sekarang masih kelas satu SD ini, sering sekali dihardik bapak dan terkadang ia melempar barang yang kebetulan ia pegang ke arahku, aku hanya diam, tidak berani melihat mata bapak yang melotot, hanya mendengar cercaannya sambil gemetar ketakutan.

Aku melihat ibu yang sudah terlelap, sudut matanya masih basah. Ibu, apa aku nakal ya? Mengapa ibu selalu bertengkar dengan bapak karenaku, aku tadi tidak sengaja memecahkan gelas itu bu, tadi aku haus dan ingin mengambil gelas di atas meja, tapi gelasnya tersenggol lenganku, dan akhirnya meluncur jatuh, dan seperti biasa, suara bapak langsung melengking tinggi diantara degupan jantungku, dan kau ibu, cepat2 mengangkatku menjauhi serpihan kaca gelas dan segera membereskan serpihan2 itu, sementara bapak tidak berhenti mengomeliku, dan kaupun tak tahan untuk tetap diam, akhirnya terulanglah pertengkaran itu.

Aku tidak membenci bapak, tapi aku sangat takut padanya, jika dia tidak sedang dirumah, mengapa aku begitu senangnya, aku bisa melakukan apapun sesukaku, meski ibu juga pernah memarahiku jika aku tidak segera membereskan mainan yang berserakan dilantai, atau aku tidak segera mandi, tapi marahnya tidak seperti bapak yang bagaikan monster, yang membuatku selalu menggigil jika ia sedang marah. Dan kalau bapak sedang dirumah, entah mengapa aku tidak bersemangat untuk melakukan apapun, aku takut salah dan ujung-ujungnya aku dimarahi, salah sedikit saja bapak langsung marah, pernah suatu kali bapak melihat sobekan-sobekan kertas di lemari bukuku, bapak tanya itu sobekan apa, aku jawab itu sobekan kertas buku bahasaku yang aku gunting2 untuk membuat gunung dan bunga, bapak langsung marah, padahal itu cuma dua lembar yang aku ambil, tapi bapak sangat marah dan menghardikku sebagai anak nakal yang sangat keterlaluan, dan ancamannya pun keluar, dia akan menghentikanku bersekolah jika aku melakukannya lagi, aku sangat sedih.

Entah mengapa aku selalu salah dimata bapak, dan selain marah, bapak juga sering memberi hukuman kepadaku, contohnya, minggu kemarin aku batuk, bapak pun menyita uang jajanku karena aku disangka membeli jajanan yang tidak sehat, padahal aku beli jajan disekolah sama dengan yang dibeli teman2ku, ataupun jika ia sudah pulang ke rumah dan aku keasyikan main sepeda hingga pulang kesorean, maka sepedaku pun digembosi olehnya sehingga aku tidak bisa main sepeda lagi besoknya, dan yang paling ku ingat, aku pernah dikunci dikamar mandi karena melumuri baju kerja bapak dengan cat tinta gambarku. Sebenarnya aku jengkel diperlakukan seperti itu oleh bapak, tapi aku tidak akan mungkin membantahnya,akupun meluapkan kekesalanku dengan mencorat coret bukuku, tapi buku itu akan segera aku sembunyikan sebelum ketahuan bapak.

Pagi ini, ibu ke sekolahku memenuhi undangan ibu guruku, ada urusan apa aku tidak tahu. Ditengah perbincangan mereka, aku menghampiri ibuku dan sayup-sayup dari pintu kudengar suara ibu guruku berkata ;” ibu, Ade sering melamun, dia sering tidak mendengarkan arahan saya, dan tidak mengerjakan tugas yang saya suruh, ketikasaya dekati, dia tidak merespon bu, dan hanya mencorat-coret bukunya, sepertinya, ada sesuatu yang mengganjal dihatinya, karena terkadang dia menangis sendiri. Dan yang perlu diperhatikan bu, belakangan ini, sifat temperamennya juga bertambah, dia sangat mudah marah dan sering membanting barang-barang yang ia bawa, ada apa ya bu, apa ada sesuatu di rumah ?

Aku tidak memperhatikan lagi perbincangan ibu dengan guruku, karena aku sedang asyik bercengkrama dengan hayalanku yang ingin mengajakku tertawa, dan akupun tertawa terbahak-bahak hingga ibuku segera menghampiriku dengan air mata dipipinya sembari menuntunku pulang.

12 Juni, 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline