Lihat ke Halaman Asli

Em Amir Nihat

Penulis Kecil-kecilan

Jarang Diketahui! Ini Kedahsyatan Ucapan "Insya Allah"

Diperbarui: 18 Oktober 2022   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Salah satu ucapan yang menjadi khas seorang Muslim adalah ucapan "Insya Allah" yang artinya "Jika Allah menghendaki".  Ucapan ini adalah pelajaran yang dahsyat dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW agar  jangan memastikan suatu perkara akan terjadi tanpa halangan apa pun, kecuali menghubungkannya dengan kehendak Allah SWT ( baca di Al Kahfi : 23 -- 24 )

Ucapan "Insya Allah" jika dirunut lebih jauh lagi bahkan sudah diajarkan Allah di era Nabi Sulaiman As sebagaimana yang tercantum dalam hadits Nabi

"Berkata Nabi Sulaiman As bin Nabi Daud As : Malam ini aku akan berkeliling mengunjungi 70 perempuan ( istri ), tiap perempuan kelak akan melahirkan seorang anak yang kelak akan berperang di jalan Allah." Sulaiman ditegur malaikat, "Katakanlah Insya Allah." Sulaiman tanpa mengucapkan insya Allah mengunjungi 70 perempuan itu dan ternyata tidak seorang pun di antara perempuan -- perempuan itu yang melahirkan anak, kecuali hanya seorang istri  yang melahirkan itupun setengah manusia ( cacat ). Demi Allah yang nyawaku ada di Tangan-Nya, seandainya Nabi Sulaiman As mengucapkan kata insya Allah niscaya beliau tidak gagal dan akan tercapai hajatnya." (HR Bukhari dan Muslim).

Pelajarannya adalah kita sebagai manusia tidak akan bisa memastikan masa depan atau hajat keinginan kita, oleh karena itu kita harus mau mengucap InsyaAllah karena semua kepastian nantinya atas kehendak Allah. Manusia pada akhirnya hanya bisa menjangkau lingkup "harapan" dan "keyakinan" yang jika kita ucapkan itu wujudnya adalah kalimat "InsyaAllah". Kalimat ini hakikatnya adalah intisari dari semua doa yang kita panjatkan ke Allah.  Maka ada istilah memanjatkan. Kita berikhtiar menaikan / memanjatkan doa kita agar "semoga" menjadi "kepastian". Dan hanya Allah yang berhak menjadikan itu menjadi "Pasti".

Disebabkan manusia tidak bisa menjangkau "kepastian" maka  mestinya manusia menyadari akan kelemahan dirinya bahwa kita memang lemah dan tidak berdaya. Atas dasar itu pula  manusia pun harus sadar diri dan wajib merendah ke Allah. Bahwa kita tidak bisa memastikan masa depan. Kepastian mutlak milik Allah. Dan bentuk kesadaran itu adalah kita mengucap "InsyaAllah".

Ucapan "InsyaAllah" juga menjadi semacam kesadaran bahwa semua yang terjadi nanti pasti atas kehendak Allah. Goalnya Kita tidak akan kecewa dan sedih berlebihan jika gagal karena kita ingat "InsyaAllah" dan kita tidak akan gumede atau merasa bisa melakukan sebab pada akhirnya tetap "InsyaAllah". Ada anugerah dan kehendak Allah disitu. Betapa orang yang mengucapkan InsyaAllah seakan-akan sudah dibentengi akan hal itu sehingga akan selamat baik mentalnya, fisiknya maupun rohaninya.

Bandingkan jika orang enggan mengucapkan Insya Allah dan hanya mengandalkan dirinya sendiri maka ketika momen keinginan hajatnya tidak tercapai ia akan stres dan sangat menderita sebaliknya jika keinginannya terkabul ia akan congkak dan merasa bisa sendiri tanpa ada campurtangan pertolongan Allah. Kondisi ini akan membuat manusia terlena dan lupa diri. Ujung-ujungnya manusia akan bersandar pada dirinya sendiri dan melupakan Tuhan.

Ucapan "InsyaAllah" jika diucapkan orang yang soleh maka akan membuat orang itu tawadhu, rendah hati dan semakin beriman kepada Allah seakan -akan ucapan "InsyaAllah" itu sebagai bagian atau cara dalam mengingat Allah. Dengan  berucap "InsyaAllah" manusia akan terus mencoba online dengan Allah. Zikir dengan Allah. Menyadari bahwa Allah yang Maha berkehendak. Semua yang terjadi Pasti semua atas kehendak Allah. Dan dari kesadaran ini manusia akan benar-benar menyadari akan kelemahan dirinya. Menyadari diri kemakhlukannya.  Hanya Allah yang Maha Pasti. Hanya Allah yang Maha Kuasa dan Maha Berkehendak. Manusia hanya mampu dalam kondisi "semoga".

Tetapi jika ucapan "InsyaAllah" diucapkan orang yang tidak soleh maka ucapan itu sangat berpotensi hanya dijadikan tameng untuk ngeles atau beralasan. Misalnya ketika ditagih hutang menjawab InsyaAllah padahal hanya tameng alasan belaka. Yang awalnya ucapan "InsyaAllah" itu sebagai penghubung untuk mengingat Allah malahan menjadi alat untuk ngeles atau beralasan. Tentu ini menjadi masalah. Dan jauh dari tujuan awal ucapan "InsyaAllah".

Semoga InsyaAllah yang kita ucapkan itu benar-benar memang ada kesadaran bahwa kita bergantung dan berharap ke Allah. Kita menggantungkan sepenuhnya apa yang kita rencanakan itu ke Allah. Semoga InsyaAllah yang kita ucapkan menjadi wasilah untuk terus menerus mengingat Allah. Zikir ke Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline