Lihat ke Halaman Asli

Em Amir Nihat

Penulis Kecil-kecilan

Amarah Perempuan

Diperbarui: 23 Juli 2020   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Barangkali hanya di hari Rabu itu hari raya rindu hari untuk bertemu, sayup matanya bukanlah isyarat layu dan derap semangatnya pun enggan berlalu untuk marah menyala merah pada lelaki bodoh paling kurang ajar sehabis bilur menampar kenyataan. 

Ya Memang, dalam sanubarinya yang paling dalam tersimpan benih cinta yang selalu ia coba taburkan dengan senyuman paling manis dalam sejarah hidupnya, sesudah ia menerima pukulan telak patah hati akibat cinta yang kandas dan tak direstui. 

Dihujam rasa lara nestapa yang mengrogoti hati sampai membuat ia kalap ingin menghabisi lelaki yang paling ia cintai itu. 

Ya! Kelak akan ia hancurkan cinta sejatinya itu sampai berkeping-keping, sampai kehilangan nafas harapannya dan sampai terkapar menderita penyesalan tiada bertepi di koyak-koyak sepi.

Satu -- satunya cara agar lelaki itu pesakitan sepanjang zaman dan menjadi gila adalah ia harus menikah terlebih dahulu. Ia harus membuktikan pada lelaki bodoh dan tidak pekaan itu, bukti bahwa ia bisa bahagia meskipun bukan dengan cinta sejatinya. 

Tak apa menikah dengan siapapun bahkan dengan iblis sekalipun asalkan lelaki bodoh dan tak pekaan itu tahu bahwa ia menikah sudah cukup melampiaskan dendam asmaranya. Maharana digaungkan sebagai tanda nyala bahaya.

Empat belas tahun yang lalu, lelaki bodoh dan tak pekaan itu berjanji akan datang padanya setelah sukses. Omong kosong! Bajingan! Lelaki bodoh dan tak pekaan itu malah mengkhianati janji dan sibuk terlena dengan pekerjaan di tanah rantau, sampai terbuai angan palsu kini lelaki bodoh dan tak pekaan itu terkena penyakit yang tak akan bisa disembuhkan dengan obat kecuali dengan senyuman yang pernah ia coba hidangkan dengan perasaan tulus dan mesra pada masanya tetapi malah disia-siakan dengan berpaling tanpa tanda.

Ia memang perempuan yang cantik jelita, matanya biru indah dan senyumannya bisa melelehkan siapapun saja yang melihatnya kecuali lelaki bodoh dan tak pekaan. 

Tak perlu menunggu waktu yang lama, di tengah kekosongan hatinya yang penuh amarah asmara itu datanglah lelaki bertubuh hitam tetapi hatinya sangat putih dan berambut keriting tetapi akhlaknya sangat lurus membawa angin segar kebahagiaan. Menjanjikan kehidupan yang menggiurkan nalar siapapun saja. 

Bagaimana tidak, semua orang sudah tahu betapa romantisdan betapa penyayang lelaki itu pada siapapun. Maka tanpa berfikir panjang, ia menerima cintanya di sebuah tempat kerja dengan harum indah bunga mawar sebagai tanda cinta yang menggelora pancarona. 

Semua orang seakan iri melihat kejadian itu karena di lingkup dusun hal itu masih terasa tabu tetapi justru hal itu pula yang membuat Ia benar-benar melupakan lelaki bodoh dan tek pekaan. Sebenar-benarnya melupakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline