Lihat ke Halaman Asli

Em Amir Nihat

Penulis Kecil-kecilan

Cadar, Cingkrang, dan Radikal Bebas

Diperbarui: 6 November 2019   11:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tan yang sedang bermain hape, mendapati berita heboh "cadar, cingkrang dan radikal !" yang gaungnya ditabuh oleh Pak Menteri. Karena ia penasaran dan ingin tahu perihal itu, ia memutuskan mengundang Pak Chairil dan Pak Munir untuk rembug. Barangkali dengan mendengar ia bisa dapat banyak informasi.

Pak Chairil dan Pak Munir menyetujui, kini mereka ngobrol di teras. Disuguhi tempe mendoan, jadah dan kopi.

"Apa sebenarnya radikal itu Pak? Apa teroris itu? Kok sekarang teroris dikaitkan dengan bom bunuh diri saja, padahal pelaku perang ( AS dan Israel ) juga teroris tapi tidak disebut teroris?" Tanya Tan

Pak Chairil mencoba menjawab,

"Menurut Noam Chomsky di bukunya " Pirates and Emperor" Istilah teroris muncul pada akhir abad 18 yang artinya merujuk pada tindak kekerasan yang dirancang pemerintah demi memastikan kepatuhan umum / mempertahankan dan menjaga suksesi rezim. Istilah ini pun dirasa tidak menguntungkan bagi pemerintah dunia rezim kala itu sehingga dengan mengandalkan propaganda media diselenggarakanlah atau disasarkan istilah "teroris" itu pada skala individu atau kelompok"

"Jadi dulu label teroris dialamatkan ke Pemerintahan yang dzolim, namun karena dirasa tidak menguntungkan maka digeserlah label itu ke terorisme skala kecil yakni teror pembunuhan, penculikan, ataupun perampasan. Dengan kekuatan media dan propaganda tentu hal itu mudah dilakukan."

"Hingga kini label itu masih berlaku. Kita masih memandang sebatas terorisme skala kecil padahal pemerintahan yang korup dan dzolim itu juga bagian dari terorisme. Tetapi bukan berarti saya mendukung teroris skala kecil seperti hari ini yang disematkan ke bom bunuh diri. Jelas perbuatan mereka salah dan harus kita lawan. Bilaperlu kita lakukan pencegahan. Sebenarnya niatnya Pak Menteri bagus hanya saja terlalu cepat dan gegabah."

"Tapi kenapa seolah terorisme dialamatkan ke Islam ya?" Tan bertanya kembali

Pak Munir kini yang menjawab,

"Ya karena media kita terlalu memblowup teroris hanya sebatas bom bunuh diri. Tidak salah memang tetapi harusnya seimbang sebab kenyataannya ada terorisme yang lebih besar. Jarang bahkan nyaris tidak ada yang bilang bahwa pengusaha besar ( oligarki ) yang merusak alam misalnya tambang batubara itu disebut teroris ataupun oknum pembakar hutan ( dibakar oleh pengusaha untuk nantinya dibuat ladang sawit), padahal dampak kerusakannya besar dan lama. Media kita kurang kritis atau tidak independen. 

Terus ada yang mengaitkan cadar dan celana cingkrang dengan pelaku teroris. Menurut saya ini tidak tepat. Mungkin memang kebanyakan pelaku bom bunuh diri berpenampilan seperti itu tapi menilai penampilan saja jelas hal yang kurang tepat. Misalnya, ada maling memakai sarung apa lantas kita bilang dilarang memakai sarung? Yang salah itu perilakunya, berarti yang harus kita bina dan gelorakan adalah ajarannya. Artinya daripada melulu melarang cadar dan cingkrang alangkah lebih baik kita memperbanyak dai dai yang rahmatan lil'alamin. Bahkan bilaperlu dakwah digiatkan terus menerus agar ajaran yang menjurus ke perilaku teror itu makin mengecil alias sepi peminat."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline