Lihat ke Halaman Asli

Kurangi Gorengan = Mengurangi Asap

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada para petani sawit dan industri pengolahan sawit.

Jika kita bisa mengurangi konsumsi gorengan akan berkorelasi dalam pencegahan kabut asap yang terjadi tiap tahun. Saya mencoba mempelajari dan menghubungkan beberapa kejadian ahir-ahir ini dengan pola/cara hidup kita sehari hari. Menu makan kita sehari hari kebanyakan tidak bisa lepas dari minyak goreng, sarapan pagi saya biasanya pasti gorengan (tempe goreng, nugget maupun apa goreng hehehe). Mungkin hal ini juga terjadi pada panjenengan-panjenengan heheheh. Kebanyakan minyak goreng kita berasal dari kelapa sawit. Bayangkan saja berapa konsumsi minyak per Kepala Keluarga kita, kalo jumlah penduduk kita 235 juta, dengan kira-kira 1 KK adalah 5 Orang dan konsumsi minyak goreng kita (berdasar daftar belanja minyak istri saya tercinta) adalah 5 liter tiap minggu. Maka (ini hanya kira-kira saja) konsumsi tiap KK tiap tahun adalah = 47 juta KK x 5 liter x 52 Minggu atau = 12.220 Juta Liter. Ini kira-kira dan mengesampingkan lebaran dan liburan. Belum juga memasukkan angka dari rumah makan dan lainnya.

Kalau berdasarkan tulisan dari Mohamdad Ramdani (http://green.kompasiana.com/penghijauan/2013/04/04/kelapa-sawit-merajai-hutan-tropis-542882.html) 1 Hektar sawit dapat menghasilkan 6000 liter minyak mentah maka untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri kita membutuhkan 12.220 Juta / 6.000 = 2.036 Juta Hektar (weiks....) atau 20.366 Km2 atau 60 % luas propinsi Jawa Tengah.....

Coba kalau kita bisa mengurangi gorengan meskipun tidak banyak jika dilakukan secara masif pasti akan berdampak juga. Bukankah meskipun secara teori negara kita menganut sistem ekonomi Pancasila tetapi secara praktek di Negeri kita tercinta ini telah dipraktekkan pasar yang sebebas-bebasnya. Apapun di Negeri ini laku dijual secara seksama (dari baju owolan sampai Lamborghini aventador  terjual hehehe). Artinya dengan menurunkan permintaan (demand) secara bertahap akan menurunkan pemenuhan (suplay). tapi ini juga secara teori hehehe

kalau permintaan turun secara matematis produsen akan menurunkan produksinya, yang sepengetahuan saya dilakukan dengan terus membuka lahan hutan. Artinya kita juga dibelahan manapun ternyata juga berhubungan (langsung/tidak langsung) dengan suatu kejadian.......So jangan hanya menyalahkan, karena paling mudah itu mengkoreksi............

tapi ini sekedar mimpi disiang bolong daripada bising dijalan karena ada kampanye hehehe....maaf ya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline