Lihat ke Halaman Asli

Mengigau karena Marmara

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kondisi rakyat Palestina yang terpenjara dalam blokade Gaza, bukanlah berita baru bagi kita. Penyerangan tentara Israel terhadap kapal bantuan kemanusiaan, Marvi Marmara, juga merupakan informasi yang tersaji dalam sepekan ke belakang. Aksi kemanusiaan, solidaritas, dan keprihatinan pun sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak dan sudah menjadi headline di berbagai surat kabar. Tuntutan terhadap pemerintah, pencitraan, maupun pencerdasan masyarakat telah dilakukan dengan baik oleh sejumlah elemen masyarakat. Kebutuhan fisik, maupun fikir, sudah banyak terperhatikan dan harus tetap selalu diasup.

Namun gerak belum purna. Yang ada, belum sepenuhnya merasa. Belum sepenuhnya tergerak. Belum sepenuhnya berpeluh. Belum sepenuhnya berdaya. Belum sepenuhnya, sepenuhnya.

Merah Putih Masih di Sana

Garuda belum jua terbang

Menunggu tanah-air-mata?

Agar merah berpesta sejarah?

Lalu putih dalam sejati,

Mengabadi…

Mungkin, sukma belum seutuhnya hadir. Kerinduan, kedalaman dan ketinggian, masih dahaga. Isyarat yang syarat, masih sangat bersyarat. Nafas kehidupan yang melengkapi kesempurnaan dan kepurnaan masih setengah sesak.

Kita membutuhkan nafas yang mampu dirasakan. Kita membutuhkan getaran yang mampu dialirkan. Kita membutuhkan bahasa yang mampu mengungkapkan hal hal yang tak pernah diungkapkan. Kita membutuhkan nuansa yang terhadirkan di ruang ruang setiap manusia. Untuk memanusiakan manusia. Untuk mempurnakan keadaan dan keberadaan.

Untukmu yang ada, semoga merasa :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline