Lihat ke Halaman Asli

Takbir Menggempita di Desa Troso

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1351472034284817382

Troso– Pawai karnaval bertajuk Takbir Keliling mewarnai malam peringatan hari raya Idul Adha 1433 H di desa Troso, Pecangaan, Jepara, kemarin (25/10/2012). Ribuan peserta turut meramaikan acara yang digelar oleh panitia bersama IPNU-IPPNU Ranting Troso Selatan tersebut.

Usai magrib tiba, pekikan takbir mulai menggempita di langit kampus MTs-MA Matholi’ul Huda Troso yang menjadi pusat kegiatannya. Berbagai kreasi unik ditampilkan oleh sebanyak 23 kafilah perutusan dari sejumlah musholla di desa ini yang turut menyemarakkan perayaan hari besar Islam ini. Mulai dari miniatur masjid, kabah, hingga patung hewan kurban raksasa. Tidak ketinggalan pula lampu obor yang menjadi ciri khas acara yang rutin digelar tahunan ini.

“Tahun ini, peserta Takbir Keliling mencapai 23 kafilah. Ada kemajuan drastis dari tahun kemarin yang hanya 13 kafilah saja,” ujar Ahyaul Fatah, ketua IPNU Troso Selatan saat dihubungi MAMHTROSO.com. Jumlah yang sedemikian besar, kata Fatah, membuat panitia sempat kewalahan. Pasalnya, halaman madrasah yang awalnya diperkirakan mampu menampung seluruh peserta nyatanya tidak sesuai rencana. “Kami perkirakan tahun ini cuma tambah 3 sampai 4 kafilah saja, eh ternyata lebih banyak dari yang kami kira,” terang Fatah. Alhasil, sejumlah kafilah terpaksa meluber hingga di halaman rumah-rumah warga sekitar sekretariat. Hal itu pula yang menyebabkan pawai baru diberangkatkan pukul 20.30 WIB, sejam lebih akhir dari jadwal yang ditetapkan.

1351472049733237324

Selain menjadi syiar Islam, perhelatan karnaval budaya ini juga menjadi ajang lomba bagi tiap kafilah. Menurut penuturan Fatah, lomba dikategorikan menjadi 3 kriteria penilaian. “Ada kriteria kekompakan, kerapian, dan kreativitas. Nanti juga ada juara umum yang ditentukan dari perolehan trofi untuk setiap kategori. Semakin banyak trofi yang dikumpulkan, maka semakin besar kemungkinan menjadi juara umum dan berhak mendapatkan trofi bergilir,” terang Fatah. Selain itu, kategori juara favorit menjadi penghargaan yang diharapkan menjadi kejutan selama acara berlangsung. “Kalau kategori ini tidak ada juri yang spesifik dan didasarkan pada respon penonton terhadap suatu kafilah,” tambahnya.

Sudah barang tentu, acara ini menyedot perhatian banyak warga desa Troso dan sekitarnya. Dari pengamatan MAMHTROSO, para penonton rela menunggu berjam-jam di tepian jalan raya hanya demi melihat arak-arakan melintas di depan mereka. Bahkan, beberapa warga juga terlihat mengabadikan momen langka tersebut dengan menggunakan alat perekam seadanya. “Ya menarik untuk difoto. Bisa buat kenang-kenangan. Kan tidak setiap hari ada, adanya cuma setiap tahun saja,” tutur Hamim, salah seorang warga yang turut mengabadikan acara tersebut. Menurut Hamim, perhelatan Takbir Keliling semacam ini sering ia ikuti. Dirinya bahkan kerap mengajak teman-temannya dari luar desa Troso untuk menyaksikan acara tersebut. “teman-teman kerja saya dari Rengging dan Ngabul sering saya sms untuk datang kemari,” ungkapnya.

1351472070867650325

Keluar sebagai juara umum kafilah dari Pondok Pesantren An-Nur Troso. Kafilah ini berhasil mengungguli kafilah-kafilah lain lantaran berhasil mengumpulkan 10 poin dari dua kategori. “Alhamdulillah, kita bisa memenangi dua kategori, yaitu kerapian dan kreativitas,” ujar Liulin Nuha, anggota dari kafilah ini.

Lebih Kreatif

Perhelatan Takbir Keliling tahun ini memunculkan banyak kreasi baru. Hal itu diakui oleh Budi Ismail, juri yang bertugas menilai kategori kreativitas. Menurutnya, hampir setiap kafilah mempersiapkan karnaval ini dengan cukup matang dan tidak asal-asalan. “Mungkin sebulan sebelumnya mereka sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari, sehingga hasilnya seperti yang kita lihat sekarang ini.” ungkapnya.

Dirinya bahkan mengaku sempat kesulitan dalam menentukan siapa yang bakal menang pada kategori yang dibidanginya itu. “Antara satu kafilah dengan kafilah lain memiliki tingkat kerumitan yang hampir sama. Jadinya saya sempat ragu kafilah mana yang bakal saya jadikan juaranya,” terangnya. Meski demikian, dirinya merasa tertolong dengan adanya subkriteria yang memudahkan penilainnya. “Setidaknya penilaian didasarkan pada keindahan identitas, manggar, serta properti lainnya, “ pungkasnya. (aaf)

NB: Tulisan ini juga dimuat di http://www.mamhtroso.com/madrasah/takbir-menggempita-di-desa-troso

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline