Lihat ke Halaman Asli

Ketika Jariku Mengayuh Pena

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mungkin judul diatas terlalu baik, bahkan terlalu puitis untuk sebuah tulisan yang seadanya ini.Tapi dalam hati rasa optimis tetap dijunjung tinggi demi sebuah pencapaian walaupun pengaruhnya kecil dan pasti manfaatnya pun tdak begitu besar pula, tapi biarlah yang penting anda yang membuka tulisan saya ini diharapkan sedikitnya bisa mengambil sesuatu (kata syahrini,he),dan tentunya dengan adanya tulisan ini saya ingin membuat konflik dengan anda (sabar tahan emosi bung,he), konflik yang saya maksud bukanlah suatu kegiatan dimana sayaakan menantang anda satu lawan satu atau sampai adu jotos (ups untung yang baca bukan mike tyson,he) tapi,sebelum saya terlalu jauh saya ingin bercerita sesuatu kepada anda, tidak menarik sih tapi ini mengenai sesuatu yang biasa kita pegang apalagi saya sering memegangnya tiap hari lho(hehe,apaan tuh?????jadi penasaran!),oke deh saya kasih klunya,yaitu sesuatu yang sering anak sekolah gunakan untuk menulis!,he. Yaps saya setuju jika diantara anda ada yang menjawab pena,pensil,ballpoint,pulpen,dsb itu tepat sekali,eh ada yang ketinggalan satu lagi mungkin ada diantara anda yang menjawab “kalam”?(gak apa-apa lah jadul dikit,he),apalagi kalam kan merupakan nenek moyang pena,pensil,ballpoint,dan juga pulpen, betul gak?,he.

Berbicara tentang semua apa yang diperinci diatas,saya lebih suka ketika sebuah benda memiliki sebuah fungsi apalagi kalau memberikan arti atau sebuah identitas, sebuah pena,pensil,ballpoint,pulpen,dsb tentunya berfungsi sebagai alat untuk menulis, tapi pernahkah anda berfikir apakah hanya menulis saja yang kita rasakan ketika kita memegang benda-benda tersebut?,mungkin beberapa dari anda sejalan dengan apa yang saya katakan tadi, atau malah kebanyakan dari anda sudah berfikir jauh dengan bantuan sebuah pena?,bila faktanya demikian Allhamdulillah ya(syahrini lagi deh,he),berarti saya akan menuai banyak konflik nih dari orang-orang hebat macam anda,he.

Kalau boleh jujur,saya bukanlah orang yang mampu bertindak jauh dengan sebuah pena,saya hanya mulai menyadari saja kalau pena merupakan bagian dari pengalaman yang menyertai hidup saya. betapa tidak!,bayangkan saja ketika kita belajar menulis.mungkin kalau kita berrefleksi kepada hal tersebut, bukanlah hal yang luar biasa karena itu merupakan konsekuensi bahkan merupakan bagian kebutuhan kita ketika kita bersekolah.tapi bayangkanlah ketika kita belajar menulis sebuah huruf atau sebuah angka,butuh perjuangan segalanya,baik waktu,tenaga maupun pikiran. Saya pernah menangis ketika saya telat diberi nilai oleh guru karena karena saya terlalu lama menulis lima baris huruf A,saya pernah merusak buku saya karena saya menulis terlalu menekan buku,saya pernah dihukum guru ketika di suruh menulis angka 5 di papan tulis karena angka 5 tiba-tiba menghilang di pikiran saya(hehe,alasan! sebenarnya lupa lho,he),mungkin kita tidak menyadari,bahwa hal yang saya utarakan diatas sebenarnya merupakan aspek kegagalan yang memberikan arti, buktinya dengan banyak kegagalan khususnya dalam menulis mungkin kita tidak akan gagal lagi ketika kita mengirim sebuah surat cinta kepada orang yang terkasih,tidak akan gagal lagi ketika sebuah program kegiatan sering terkendala karena pembuatan proposal tidak begitu baik,serta tidak akan kena marah lagi oleh dosen karena sering terlambat mengumpulkan makalah.(hmm,mudah-mudahan ya,he).

Salah-satu contoh nih,saya tiidak begitu saja mudah menulis apa yang saya tunjukan ini,butuh pengorbanan waktu,tenaga dan pikiran. bahkan saya sempat mengambil sebuah pena dan kertas kosong demi menuai hasil yang bentuknya anda lihat ini,bahkan kertas yang saya bubuhkan tulisan ini kalau anda lihat mungkin anda dapat menyebutnya sebagai coretan kekesalan,bahkan mungkin daftar hutang kepada orang lain(ketahuan deh banyak ngutang,he),gak kebayang deh apabila yang saya postingkan adalah tulisan tangan saya,tapi itu semua ternyata memberikan hikmah yang sebenarnya,mungkin selama ini saya sering berfikir bagaimana caranya memanfaatkan waktu, tenaga, dan pikiran?,mungkin ini jawaban dari pikiran saya tadi,kalau anda?,he

Ups kok saya jadi pemberi wejangan diantara orang-orang hebat seperti anda ya?,aduh maafkan saya para sahabat terbaik,jadi malu!!hehe.

Tapi intinya saya hanya ingin berpesan “seburuk atau sejelek apapun suatu pengalaman tidaklah begitu buruk dan jelek seperti yang kita pikirkan,akan tetapi pelajaran dari sebuah pengalaman buruk itulah pasti akan menuai hasil di kemudian hari”,apalagi kalau pengalamannya baik,mungkin gak yah pengalaman menulis saya ini membuahkan hasil?(hehe,ngarep nih!),nah sekarang untuk para sahabat terbaik, sudah kah anda menemukan konflik dengan saya dengan membaca tulisan ini?,bila sudah silahkan komen yah,he.Dan bagi yang belum silahkan komen juga,hehehe.Oke deh to the point saja,apa yang tadi saya katakan sebetulnya bukanlah sebuah konflik,tapi saya hanya mencoba berbagi dengan para sahabat terbaik,dan tentunya mungkin anda juga setuju bahwa di dalam berbagi tidaklah semuanya dapat diterima dan itulah yang saya sebut sebuah konflik,jadi dengan adanya konflik akan ada keterbukaan walaupun pahit mungkin tapi itu adalah sebuah obat,banyak orang bijak mengatakan bahwa konflik merupakan sebuah anugrah,mudah-mudahan dengan adanya konflik ini saya sedikitnya mendapat kejujuran dari para sahabat terbaik mengenai apa yang saya tunjukan ini,dan tentunya akan saya anggap sebagai anugrah yang saya katakan tadi. Seiring sebuah judul lagu .....jangan ada dusta diantara kita...hehe,Jadi apabila dari para sahabat terbaik menganggap tulisan saya ini sebuah konflik,silahkan masukannya demi sebuah kesempurnaan pencapaian memetik pelajaran dari pengalaman pribadi khususnya bagi saya,terima kasih para sahabat terbaik :)

Maaf ada yang ketinggalan,tadi saya menulis “saya lebih suka ketika sebuah benda memiliki sebuah fungsi apalagi kalau memberikan arti atau sebuah identitas”,saya minta hiraukan saja mungkin itu hanya berlaku pada situasi tertentu apalagi suatu benda yang memberikan identitas, karena saya mengutip sebuah ungkapan dari sebuah buku yang mungkin lebih bermakna yaitu “Apabila siapa saya adalah tergantung pada sesuatu yang sayapunya,kemudian sesuatu yang saya miliki sudah hlang,lalu,saya ini siapa?”

Itu ceritaku,apa ceritamu? :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline