Bagi saya, bunga bukanlah bagian favorit dari tanaman -- kecuali ia bisa dimakan, seperti bunga kenikir di dalam gambar. Estetika bunga pada tanaman adalah sebuah bonus setelah hobi menanam tanaman sayur dan herbal-tradisional. Namun, saya baru sadar, ketika sekolah dasar, perkenalan mengenai bagian-bagian tanaman hampir selalu dilakukan di dalam kelas yang tertutup.
Dalam rangka itu, maka, laboratorium hidup adalah sebuah metode penting dalam pendidikan biologi dan lingkungan hidup. Sedikit lahan kosong di halaman rumah, atau pot berukuran besar bisa ditanami, diubah menjadi kelas biologi yang efektif, serta membangkitkan kesadaran lingkungan hidup dan gizi.
Mungkin di era ini, seiring kesadaran akan kelestarian alam yang meningkat, sudah banyak keluarga dan sekolah yang menerapkan pembelajaran langsung di lapangan. Hal seperti ini patut diapresiasi.
[Baca juga: Menyaksikan Peristiwa Penyerbukan di Laboratorium Hidup]
Merawat dan mengamati tanaman bisa menjadi pengantar menuju gambaran mengenai ekosistem yang harmonis. Lingkungan hidup manusia terdiri dari sebuah sistem yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara satu makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya.
Saya jadi ingat Bee Movie (2017) yang menceritakan tentang Barry B. Benson, seekor lebah yang memutuskan untuk menuntut manusia yang telah "mencuri" dan mengkonsumsi madu lebah sepanjang sejarah peradaban. Barry memenangkan persidangan sehingga manusia harus berhenti mengeksploitasi lebah dan mengkonsumsi madu. Tanpa Barry sadari, kemenangan itu kelak menyebabkan kehancuran alam dan ekosistem.
Keberadaan bunga, lebah, dan manusia saling menguatkan satu sama lain. Jika yang satu mengalami kemusnahan, maka yang lain pun akan kritis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H