Lihat ke Halaman Asli

Memungut Ilmu Ikhlas Lewat Perspektif Cinta

Diperbarui: 28 Januari 2017   16:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam Hidup ini sengaja mencintai orang yang tidak mungkin membalas cinta kita boleh jadi adalah sebuah pilihan yang tepat.

Sengaja membiarkan perasaan meluap-luap, sesekali menyesakkan dada, kali lain membuatnya berbunga-bunga adalah konsekuensi yang harus diambil.

Maka dititik inilah kesempatan untuk melatih jiwa itu muncul. Mengasahnya lewat perih dan sesak perasaan, bahwa tidak semua yang manusi inginkan di dunia ini bisa dengan mudah ia dapatkan. Jika dalam hidup telah mampu melepaskan seseorang yang paling diinginkan, maka sesuatu yang lainpun bisa dengan mudah dilepaskan. Melepaskan apa saja.

Dengan begitu,  manusia seperti kita termingkinkan hidup diantara bunga-bunga Rido, dalam taman-taman qonaah, dan dalam puncak keihlasan.  Siapa tahu dengan cara inilah kaki-kaki kotor kita dapat melangkah menuju telaga kausar. 

Seorang suci pernah berkata; Puncak dari segalanya adalah cinta dan puncak dari cinta adalah keikhlasan. 

 

 

Cibaliung 28 Januri 20




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline