Lihat ke Halaman Asli

Dikira Mental Baja, Eh Endingnya Mental Kerupuk

Diperbarui: 2 Oktober 2022   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diambil dari shutterstock/Ariyani Tedjo dipublikasikan oleh kompas.com

Datang, lusuh membawa harapan
Mengadu, belas kasihan di tonjolkan
Keluh, kesah, bertubi-tubi di ucapkan
Bahkan merendahkan diri untuk sebuah permohonan.

Aku punya rasa, aku punya hati
Dengan segala kekuranganku ku ulurkan tangan
Hanya niat membantu agar bisa maju
Aku, tak berharap apa-apa kecuali dia bangkit dan maju

Hari-hari deburan ombak jadi saksi
Bahkan nyamuk-nyamuk malam pun jadi saksi

Totalitas ku kerahkan dari segala penjuru arah.

Namun sayang, karakternya sulit untuk dirubah
Beribu alasan jadi pembenaran
Keluh kesah jadi kewajiban

Endan! Dia bukan mental pejuang tapi pecundang
Lembek seperti kerupuk terkena hujan
Licik seperti rubah

Tak ada hati tak ada otak, yang ada hanya bebal yang gila
Lupa air terhadap cangkir
Lupa kopi terhadap aroma
Lupa rokok terhadap asap

Keluh kesah jadi pemikat
Lemah jadi cara ratapi nasib
Iidahnya lebih panjang dari badan bunglon
Siapapun akan jadi mangsanya, tak peduli.

Hilang, lusuh, membawa sombong
Lemah tak berakal
Buruk tak terpuji
Karakter yang rusak

Sengkuni jadi peran
Lupa diri, Tuhankan Ego

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline