Lihat ke Halaman Asli

5 Perempuan dalam Silsilah Kristus Bagian Integral dari Kelahiran Yesus (3)

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

awalnya keberadaan Daud sebagai anak paling bungsu dari 9 bersaudara keluarga Isai tidak diperhitungkan oleh Samuel, seorang Nabi yang mendapat tugas dari Allah untuk memilih, menetapkan, mentahbiskan (mengurapi) siapa sesungguhnya calon raja pilihan Allah sebagaimana yang pernah dijanjikan kepada Abraham. Setelah Roh Allah undur (tidak berkenan) dari kepemimpinan Saul, yang kala itu menjadi raja pilihan bangsa Israel, pasca ketidataatan Saul pada perintah Allah menyangkut kasus hasil pampasan perang dengan bangsa Amalek (1 Samuel 15:11)

Sebagai seorang nabi, Samuel sadar bahwa Isai memang berasal dari suku Yehuda, (Yehuda salah satu diantara 12 anak Yakub), anak Ishak yang adalah anak Abraham penerima janji Allah yang disebut juga sebagai bapanya orang berIman, tapi sebagai manusia, setingkat nabipun harus mengakui bahwa pilihan Allah punya nilai berbeda dengan pilihan ideal Samuel yang lebih mengedepankan kriteria (perawakan) secara kasat mata,

Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."

Tidak terpikirkan juga oleh Daud yang masih muda belia, bahwa pilihan Allah dalam mewujudkan janji-Nya kepada Abraham Ishak dan Yakub malah jatuh kepadanya, dipihak Allah sesungguhnya pilihan itu pada akhirnya terbukti tetap tidak bisa tergoyahkan, baik oleh sederet prestasi Daud yang dari sejak masa mudanya sudah menjadi penggembala domba, dikenal memiliki keberanian luar biasa, menaklukkan singa dan binatang-binatang buas yang akan memangsa domba-dombanya, mengalahkan raksasa Filistin, Goliath, dan pernah seorang diri memenangkan pertarungan melawan ratusan prajurit-prajurit musuh, bahkan setelah Daud  menjadi raja Israel, pilihan Allah tetap tidak tergoyahkan bahkan oleh satu kesalahan yang sangat fatal yang pernah diperbuatnya, ketika merebut istri Uria salah satu prajurit-nya dengan cara menempatkan Uria digaris paling depan, sampai Uria tewas di medan pertempuran yang paling berat ( 2 Samuel 11:15)

Dan inilah nilai-nilai terdalam dibalik pilihan Allah atas diri seorang Daud, bisa disimak melalui doanya, semakin memperjelas bahwa silsilah Kristus sebenarnya bukan membahas tentang prestasi atau kehebatan manusia dalam membangun, menjaga kemampuan moralnya, untuk tetap exsis serta sehat tanpa cela yang hanya seumur jangung, melainkan sejarah mata rantai kebenaran tentang kegagalan orang-orang pilihan dalam membangun dan mempertahankan kesetiaannya kepada Tuhan, oleh Tuhan jua dibuktikan tidak lebih tangguh dari (dibandingkan dengan) kesetiaan, komitmen dan keseriusan Allah, dalam upaya-Nya untuk menyelamatkan umat manusia dari malapetaka akibat dosa

Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku, Mazmur 32:5


Aib dan noda itu sebagai cerminan dosa tentang ketidakberdayaan Manusia dihadapan keadilan Allah

Betsyeba, istri Uria yang direbut oleh Daud dengan cara yang keji, adalah catatan tersendiri tentang kegagalan manusia dalam menghadapi dahsyatnya tipu daya dan pengaruh dosa, tidak mungkin begitu saja tidak Tuhan pedulikan (lupakan), malahan Daud harus membayar sangat mahal ketika Absalom anak kesayangannya dari istri lainnya, Abigail, mulai mengangkat tumit membuat permufakatan jahat dengan para pemimpin Israel lainnya untuk merebut tampuk kekuasaan raja dari tangan ayahnya sendiri, mati dengan cara yang sangat mengenaskan, sesaat setelah rambutnya yang panjang tersangkut disalah satu pohon terbatin dalam sebuah laga pertempuran, adalah Yoab panglima perang Daud yang sudah lama memendam dendam karena persoalan pribadi dengan Absalom, menghujamkan 3 (lembing) tombaknya ke dada Absalom (2 Samuel 18:14), sekalipun kepada Yoab Daud telah berpesan, supaya bersikap lunak terhadap Absalom anaknya (2 Samuel 18:5). Dari Betsyeba inilah Daud mendapatkan Salomo yang menggantikannya sebagai raja atas Israel.

Tamar, secara moral gambaran tentang kisah hidupnya sebenarnya (saya akui) tidak pantas untuk diteladani untuk realitas terkini, apalagi jika tanpa pemahaman yang benar.

Secara hermeneutik upaya-upaya penafsiran untuk mendapatkan pesan-pesan keteladanan yang baik, sama sekali segera sirna ketika tidak mencermati nilai-nilai kebenaran tentang bagaimana Allah yang Maha Pengasih dan Adil sedang membangun sebuah kesaksian dari tengah-tengah realitas hidup yang benar-benar carut marut, terpuruk, suram, sarat dengan noda dan aib dimana norma-norma (etika) menyangkut nilai-nilai, kaidah-kaidah dan aturan-aturan hidup tentang tingkah laku manusia yang baik dalam konteks terkini (memang) sudah seharusnya dijunjung tinggi, tapi itulah kepemilikkan Allah atas sejarah, terkait dengan upaya bersih Allah, diantara belantara kenistaan Manusia ciptaan-Nya, yang telah kehilangan (zat) Roh Kemuliaan-Nya, serta usaha gigih yang melibatkan orang-orang pilihan-Nya, untuk kembali (bertobat) ke alam kesadaran Spiritualnya, tanpa harus menyembunyikan jejak masa lalunya, karena Kebenaran tidak sebaik kabar baiknya apalagi, tidak seburuk kabar buruknya, Abel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline