Lihat ke Halaman Asli

Rudi Handoko

Saya seorang anggota masyarakat biasa di Borneo Barat

Syair Anak Dagang

Diperbarui: 13 Januari 2016   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Syair Anak Dagang

Inilah kisah Bujang Kelana si anak dagang, belajar merantau sepenuh jiwa, mencari hidup berikhtiar senang, mengadu untung sebatang kara.
Pabila malam ia kenangkan, kampung halaman yang ditinggalkan, ayah dan bunda yang bersedih hati, dikaranglah syair penghibur diri...

Inilah syair mula kukarang,
Kisah cerita si anak dagang,
Jauh di rantau di kampung orang,
Mengadu nasib di negeri seberang.

Mengadu nasib untungnya badan,
Jauhlah dari kampung halaman,
Susah dan senang pun dirasakan,
Malang sendiri keseorangan.

Pabila malam jiwa terkenang,
Wajah ibunda jadi terbayang,
Belaian ayah rasa disayang,
Airmata pun jatuh berlinang.

Jika dikenang kisah yang dulu,
Semasa kecil dipangku ibu,
Tiada terpikir berpisah lalu,
Ayah dan ibunda terkenang rindu.

Pabila dikenang untung sendiri,
Terasa pilu sedih di hati,
Teringin badan hendak kembali,
Dibuaian ayah ibu nan jati.

Inilah kisah dagang kelana,
Jauhlah dari sanak saudara,
Berjalan ke segenap desa dan kota.
Bercari hidup untung dan lara.

PadaMu Tuhan hamba bermunajat,
Semoga ayah bunda sehat afiat,
Tiada masygul serta selamat,
Dipanjangkan usia beroleh berkat.

Yaa Allah hamba bermohon doa,
Semoga ikhtia dimudahkan serta,
Sehatlah badan jiwa sentausa,
Sehingga dapat bersua ayah dan bunda.

Balasan Ibunda:
Wahai Buntat Jiwa...
Jika tiada untung dicari,
Tiada tuah di dalam diri,
Baleklah Intan Permata Hati,
Ayah dan bunda selalu menanti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline