Lihat ke Halaman Asli

Rudi Handoko

Saya seorang anggota masyarakat biasa di Borneo Barat

MotoGP dan Kedewasaan

Diperbarui: 10 November 2015   01:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

MotoGP dan Kedewasaan

Siap kalah siap menang, itu slogan Pemilu, disampaikan kepada para calon agar siap menerima hasilnya, tentu saja dengan berkompetisi secara "fair," supaya jangan sampai muncul kekisruhan, apalagi sampai ada yang sakit jiwa kerna tak siap (kalah).
Saya sebenarnya bukan penggemar setia MotoGP, baru tahun-tahun terakhir ini saja, sejak mulai lunturnya dominasi Vale Rossi, tewas tergilasnya Marco Simoncelli dan munculnya anak nakal Marc Marquez di arena balapan, sehingga membuat tertarik ikut-ikutan nonton. Sebab dulu selalu membosankan, Rossi terlalu dominan.

Menyoal balapan tahun ini yang memunculkan banyak kontroversi, termasuk seri balapan terakhir di Valencia, tulisan ini hanya ingin bergurau saja...
Sampai seri terakhir kemarin yang menahbiskan Jorge Lorenzo sebagai juara dunia, fans Rossi tak henti-hentinya membully Marquez, menuding Marquez tidak fair kerna dianggap memang sengaja berkonspirasi untuk memenangkan Lorenzo. Tentu tuduhan ini dibantah oleh Marquez. Terakhir yaa itu, menudinglah ujung mulut dan ujung jari, bahwa Marquez bukannya adu balapan, tapi cuma mengawal Lorenzo. Haaahhh, saya tidak hendak memperpanjang cerita, tapi sebagai pembanding, jika menonton di televisi kemarin, boleh jadi juga muncul persepsi lain yang berbeda dengan fansnya Rossi. Misalnya, melihat bahwa para pebalap yang lain juga tidak serius membalap dan agaknya memberi kesempatan buat Rossi untuk melewati mereka. Boleh jadi... Kerna tampak juga ada yang melebar dan melambat di tiap tikungan, seakan sengaja untuk memuluskan Rossi. Inilah persepsi... :-)
Trus, andaikata Marquez memang melambat dan tidak menyalip Lorenzo, bukankah Rossi juga pernah mengungkapkan pasca balapan di Philips Island, yang berharap agar para pebalap yang sudah tidak memiliki peluang jadi juara dunia, supaya tidak ngotot adu balapan dengan pebalap yang memperebutkan juara dunia. Nah, mungkin saat di Valencia kemarin, Marquez mengikuti nasihat Rossi itu... :-)

Selanjutnya, lagi-lagi perihal mengapa Marquez (katakanlah) tak terlampau bernafsu untuk menyalip Lorenzo... Wah, agaknya memelas sekali Rossi dan fansnya Rossi ini, membully Marquez, tapi juga sekaligus berharap Marquez "memberi pertolongan" agar melewati Lorenzo sehingga membantu Rossi jadi juara dunia. Kasarnya, kalau ente pengen juara, kejar sendiri dunk si Lorenzo. Haghaghag... :-D

Kemudian, kebencian dan tudingan tidak fair terhadap Marquez (juga Lorenzo) yang bermula dari seri-seri balapan sebelumnya, seperti peristiwa crash di Sepang... Okelah semua punya persepsi, namun jika kita ambil contoh di sepak bola misalnya, ada seorang bek melakukan sliding tackle terhadap striker lawan di kotak pinalti, ternyata sliding tackle itu tidak membahayakan kerna si bek cepat-cepat menekuk kakinya, hanya lututnya saja yang menyenggol betis si striker. Namun, itu tetap saja membuat si striker jatuh, sehingga wasit menunjuk titik putih, pinalti dan gol kemenangan. Lantas apakah setelah diketahui sliding tackle itu tidak berbahaya dan bukan kesengajaan, trus membatalkan kesalahan, pinalti dan gol itu? Hahaha... :-D

Demikianpun, entah lutut Rossi menyenggol, kena atau tidak, sengaja atau tidak, semua punya persepsi, termasuk race director dan telah diputuskan itu salah... So, masih tidak terima kah?

Aaaahhh, memang si Marquez ini biangnya...!

Dewasalah, mungkin ini tahunnya Lorenzo, kontroversialnya Marquez dan sedikit kurang beruntungnya nasib Rossi. Semoga saja tahun depan Rossi yang juara, mungkin saja... Kalau tidak digencet Marquez lagi laah.

Yaa dimaklumilaah, umur juga berpengaruh, semakin tua konon semakin menurun juga performa. Yang pasti semakin tua mestinya semakin dewasa... :-D
Semoga ini bukan #HateSpeech

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline