Nazarudin baru datang, tapi kedatangannya sudah menimbulkan indikasi bau tak sedap bin kasak-kusuk. Kok lama, jadwalnya mengapa berubah-ubah, jangan-jangan Nazarudin sudah “direkayasa” selama di perjalanan, barang buktinya jangan-jangan juga sudah ada yang “dihilangkan,” atau “diubah?” dan seterusnya. Macam-macamlaah prasangka dengan berbagai analisis muncul di media dan oleh berbagai pengamat.
Ini hari baik, bulan baik, tak boleh ber-su’udzon, syukur-syukur Nazarudin tlah datang, mudah-mudahan nyanyiannya tetap merdu. Tapi prasangka-prasangka tersebut tidak sepenuhnya salah walau belum tentu benar. Karena jika berkaca dari kasus-kasus yang sudah-sudah, maka preseden buruknya sudah amat teramat banyak. Artinya, kepada seluruh dan segenap masyarakat Negeri Indonesia, siap-siap saja kecewa jika kedatangan Nazarudin ternyata tidak membuka apapun dan tidak ada sesuatu apapun yang terbuka.
Kalau yang semacam itu terjadi, kecewa sudah pasti, apalagi penjemputan Nazarudin bukan dengan dana yang sedikit. Empat miliar rupiah “bablas” hanya untuk menjemputnya. Andaikata ending dari drama kasus Nazarudin itu tidak memenuhi ekspektasi publik yang menginginkan ada sinar terang benderang di sebalik kasus-kasus yang katanya bakalan menyeret banyak pihak tersebut, walhasil mubazir duit empat miliar itu.
Hmm… Empat miliar itu kalau untuk membangun jalan di kampongku, (mungkin) kurang lebih dapat digunakan untuk pengerasan dan pengaspalan jalan sepanjang empat sampai lima kilometer (perkiraan saja, maklum bukan orang teknik sipil). Negeri ini memang unik:-)