Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona
Sumpah Anak JalananSoempah Pemoeda...
Apa yaa??? Jong Borneo ndak ada tuch.
Kalau Jong Papua ada kah??? Alhamdulillah-Puji Tuhan...
Kita di Borneo dan Papua tidak mesti harus merayakan dan memikul beban sejarah.
Pun, kalaupun misalnya ada, apakah kita mesti hidup memikul beban sejarah yang dilakukan oleh orang-orang sebelum kita??? Ndak mesti, ndak harus.
Konon, katanya itukan cuma putusan kongres, bukan sumpah apalagi serapah. Aaahhh... Ndak sakral dan ndak suci. Masih sakral sumpah, petuah dan pantangan-pantangan Nenek Moyang di Kampong Halaman dan Negeri kita.
Ternyata, menjadi sumpah hanya karena “rekayasa” Bung Yamin, agar jadi inspirasi ideologis. Wah, wah, wah... Dahsyat betul propagandanya. Supaya seakan-akan atau seolah-olah kalau ndak mengakui maka seperti melanggar janji, bakal kena “tulah,” bakal “kualat,” kena kutukan. Apalagi kalau sampai berfikir “minta pisah,” maka itu mengingkari sumpah. Weeewww... Hebat betul.
Aaahhh... Bung Yamin...Pintar benar engkau mengolah kata, mengolah kalimat, mengolah simbol dan mengolah makna.Engkau bilang Indonesia dijajah 350 tahun, padahal masa itu Indonesia dikenal juga tidak namanya. Lagipula negeri-negeri di seantero Nusantara dapat dipastikan tidak semua takluk di bawah kaki VOC dan Hindia Belanda. Masa' kolonialisme dihitung sejak De Houtman berlabuh... Hahahay...Trus Sang Merah Putih engkau kata peradabannya sudah 6000 tahun. Hebat benar bisa setua itu mengalahkan peradaban Mesir, Mesopotamia, China dan Mahenjo-Daro India.Kemudian engkau bikin gambar Gadjah Moeda, maksudnya Gadjah Mada yang pipinya tembem/chubby, hanya berdasarkan sketsa dari pecahan gerabah celengan di Trowulan.Hmmmm.....