Lihat ke Halaman Asli

A Havizh Martius

Long life education

Alkumis yang Kembali

Diperbarui: 24 Mei 2022   06:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah berkelana menempuh perjalanan yang cukup jauh, melintasi daratan dan lautan, dibakar terik matahari, disiram  hujan dan diterpa angin. Haripun berganti, bulan berjalan dan tahun berbilang.

Di suatu malam bulan purnama Alkumis terduduk lelah di bawah sebuah pohon rindang yang disusupi cahaya  bulan di celah-celah dedaunan. Alkumis termenung. Teringat kampung halamannya, keluarga yang dia tinggalkan yang terdiri dari istri dan tiga orang anaknya, kedua orang tuanya, seorang kakak dan handai taulan lainnya.

Alasannya meninggalkan mereka semua karena mereka tidak membuatnya bahagia, anak-anaknya tidak penurut, istrinya sering tidak  patuh, orang tuanya masih suka mengatur seakan lupa bahwa dia sudah besar dan berkeluarga, mertuanya cerewet, kakaknya yang sewaktu dia kecil sangat sayang dan sering memanjakannya namun setelah kakaknya itu menikah dan punya anak seolah kurang peduli kepadanya. Belum lagi tetangga dan orang kampung yang gelagatnya seperti suka menggosipkannya.

Kesimpulannya, dia merasa semua orang tidak mendukung hidupnya dan tidak membuatnya bahagia. Akhirnya dia galau dan memutuskan meninggalkan mereka semua. Mencoba peruntungan baru, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Bertahan hidup dengan bekerja serabutan.

Malam semakin larut, angin sepoi-sepoi mengantarkan Alkumis tertidur di bawah pohon rindang itu. Dalam tidurnya itu Alkumis didatangi oleh seorang kakek tua berjenggot panjang lancip, berpakaian serba putih.

Sang kakek bertanya kepadanya, kenapa dia berada di situ, jauh dari kampung halamannya. Lalu Alkumis menceritakan nasibnya dan mengatakan bahwa dia ingin mencari kebahagiaan yang tidak diperolehnya dari orang-orang sekitarnya.

Kemudian sang kakek memberikan nasihat kepadanya:

"Sosok yang paling bisa dan paling mungkin untuk membahagiakan dirimu adalah dirimu sendiri. Kesialan dan nasib buruk yang menimpamu silih berganti pada hakikatnya berasal dari ulah dirimu sendiri"

"Hanya dirimu seorang yang paling mungkin kamu atur, kendalikan dan kuasai atau harapkan untuk memenuhi semua keinginan dan cita-citamu untuk meraih kebahagiaan."

"Orang lain tidak ada yang persis sama denganmu, baik isi pikirannya, kesukaannya dan keinginannya. Intinya semuanya berbeda denganmu meskipun dia adalah orang-orang dekatmu, baik itu istrimu, anak-anakmu, orang tuamu, saudaramu bahkan orang yang kamu kagumi".

"Oleh karena itu berusahalah secara mandiri untuk membangun kebahagiaan dalam dirimu. Kurangi dan hilangkan rasa ketergantungan kepada pihak lain untuk mencapai kebahagiaan dirimu."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline