Lihat ke Halaman Asli

Bea Keluar dan Susu Kedelai

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Malam belum juga berakhir, masih sekitar jam 4 subuh di terminal Benete, Akbar baru saja tiba di koridor masuk terminal, sebuah kotak yang agak besar dipikulnya dan diletakkan di lantai, setelah dibuka ternyata di dalamnya tersusun rapi sejumlah plastik berisi cairan putih dengan tulisan “Susu Kedele – Maluk Sehat Segar”.

Sudah hampir lima tahun ini Akbar berjualan susu kedele di terminal Benete, kini Akbar sudah duduk di bangku SMA, bersama ibunya Akbar membesarkan dua orang adiknya yang masih duduk di bangku SMP dan SD, sedangkan ibunya menjadi buruh cuci di Maluk desa dimana banyak pekerja tambang Batu Hijau bertempat tinggal.

“hasil jualan susu kedele ini yang saya pakai untuk biaya sekolah saya, membantu ibu biayai adik-adik sekolah, juga untuk makan sehari-hari” aku Akbar suatu hari.

Sangat masuk akal, bayangkan saja, setiap hari ribuan karyawan tambang Batu Hijau yang melintas di tempat Akbar berjualan, baik yang pergi maupun pulang kerja. Maka adalah wajar jika setiap hari Akbar bisa membiayai kebutuhan dasar hidap sehari-hari bersama ibu dan adik-adiknya.

“tapi besok saya tidak lagi jualan” katanya pagi ini.

“sejak ada kabar bahwa banyak karyawan Batu Hijau yang akan dirumahkan Juni nanti, tiba-tiba jualan saya tidak banyak yang beli. Mungkin orang-orang berpikir dengan kondisi seperti ini tidak perlu lagi pikirkan minum susu kedele setiap pagi, boro-boro mau pikirkan susu kedele sedangkan sumber nafkahnya sendiri sudah terancam” lanjut Akbar.

Sejak kisruh pelarangan ekspor berlarut-larut sampai sekarang Pemerintah masih belum memberikan izin ekspor dan mencabut bea keluar yang tidak mungkin dibayar PTNNT, sehingga akan berbuntut pada karyawan yang akan dirumahkan dan mungkin akan jadi PHK kalau Pemerintah tidak segera bertindak.

“saya tidak tahu nantinya harus bagaimana, orang kecil seperti kami memang tidak pernah dipikirkan oleh petinggi-petinggi, tidak pernah dipertimbangkan nasibnya. Mereka tidak pernah peduli kalo kami sekarat akibat peraturan-peraturan yang mereka buat”

Sebelum terlalu siang Akbar meninggalkan terminal Benete, membawa kotak berisi susu kedele yang tidak habis walau setengahnya. Akankah Akbar akan kembali ke terminal ini? Atau mungkin saya akan bertemu dengan adik-adiknya yang tidak sempat menyelesaikan sekolahnya? Apakah mereka hanya salah satu korban peraturan untuk kepentingan rakyat? Atau mungkin bukan rakyat yang seperti Akbar?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline