Apakah kalian pernah mendengar tentang emosi prososial?
Prososial itu merupakan tindakan atau kegiatan yang positif, seperti membantu orang lain, berbagi kepada sesama, dan masih banyak lagi loh!
Sebagai manusia yang hidup di dunia ini pasti mengalami banyak fase dalam hidup. Dan fase yang paling penting yakni golden age atau masa keemasan (anak usia dini). Maka diharapkan kita sebagai orang dewasa atau orang tua harus bisa membantu anak untuk mengembangkan emosi prososial tersebut. Bagaimana tuh caranya?
Yuk kita belajar bersama!
Definisi emosi prososial
Menurut Yuniardi (2004) perilaku prososial merupakan kesediaan seseorang untuk membantu atau menolong orang lain yang ada dalam kondisi menderita atau mengalami kesulitan. Sama halnya dengan pendapat Faturochman dan Pratikto (2012), beliau mengatakan bahwa perilaku prososial sebagai perilaku yang memiliki konsekuensi positif pada orang lain.
Jadi, bisa disimpukan bahwa prososial merupakan suatu hasrat atau emosi yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku menolong orang lain dan menguntungkan orang lain. Perilaku prososial ini meliputi tindakan berbagi, kerjasama, menolong, dermawan, bertindak jujur, persahabatan dan memperhatikan hak serta kewajiban orang lain. Bahkan biasanya tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri.
Sebagai contoh ya!
Akhir-akhir ini kan banyak bencana alam yang terjadi di Indonesia, mulai dari banjir, tanah longsor, gempa bumi, hingga tsunami. Pada tanggal 21 November 2022 di Cianjur, Jawa Barat terdapat gempa bumi yang dahsyat yakni Mw 5.6.
Gempa bumi ini mengakibatkan kerusakan rumah hingga banyak memakan korban jiwa. Bahkan kota-kota di dekat Cianjur seperti Bandung, Lembang, Cimahi, Bogor mengalami dampak itu juga.
Oleh karena itu, banyak warga Indonesia yang berada di luar kota Cianjur dan tidak terkena dampak gempa bumi, berbondong-bondong membantu para korban yang berada di pengungsian. Mereka membawakan beras, mie, pakaian, popok bayi, air bersih, dan masih banyak lagi. Bantuan tersebut sangat membantu para korban dikarenakan tempat tinggal mereka kebanyakan sudah menyatu dengan tanah alias roboh tak tersisa.