Lihat ke Halaman Asli

A.Budiyanto

Pendidik, Pegiat Literasi & Pendidikan

Mengenang Eyang

Diperbarui: 15 September 2019   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DOk. KEMENRISTEKDIKTI/BONI AGUSTA(DOK. KEMENRISTEKDIKTI/BONI AGUSTA)

Baru sekitar satu bulan yang lalu, Bangsa Indonesa kehilangan satu sosok kharismatik, seorang ulama dan guru bangsa, yaitu Mbah Moen, sapaan akrab dari KH. Maimen Zubair. Beliau adalah sosok ulama panutan, yang menjadi banyak rujukan bagi siapa saja yang memohon pencerahan dan do'a. Beliau juga sudah malang melintang dalam berbagai bidang, maka memang tidak salah jika jamak orang yang meminta wejangan dari beliau.

Kali ini, di bulan September, satu bulan setelah kepergian Mbah Moen, Bangsa Indonesia kembali berduka. Kehilangan sosok panutan pula. Sosok yang menjadi rujukan karena keilmuan yang luar biasa. Tak banyak orang yang seperti beliau. Ya, kita kehilangan sosok Eyang Bangsa. Indonesia kehilangan Eyang Habibie.

 Secara pribadi benar-benar merasa kehilangan sosok panutan. Sosok yang sering penulis jadikan tauladan dan senantiasa diceritakan kepada murid-murid saat mengajar di sekolah. Ya benar sekali, beliau selalu menjadi contoh nyata bagi kemajuan bangsa. Masih ingat ketika saat memberikan cerita tentang Eyang Habibie, murid-murid begitu antusias menyimak. Tidak lain dan tidak bukan, karena ceritanya memang memberi inspirasi dan selalu menarik untuk disimak.

Wejangan yang selalu diberikan oleh Eyang Habibie sangat relevan dan visioner. Melihat situasi dan kondisi saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi memang menjadi number one. Hampir setiap manusia, utamanya di Indonesia, sudah mengenal dan bersentuhan dengan teknologi, misalnya saja HP.

Bahkan, beliau menyandingkan kecerdasan, yang nota bene bisa dikatakan buah dari ilmu pengetahuan, dengan cinta, suatu hal yang begitu suci dan abadi. "Tanpa cinta kecerdasan akan berbahaya, dan tanpa kecerdasan cinta tidak cukup". Setidaknya itulah pesan positif yang selalu diwejangkan oleh Eyang kepada kawula muda bangsa.

Pemikiran Eyang juga begitu visioner. Terbukti dengan andil beliau dalam berdirinya beberapa industri strategis yang bisa menjadi harapan bangsa. Seperti yang disampaikan oleh Presiden Jokowi yang dikutip dari Detik.com bahwa "Dari visi beliau, lahir industri-industri strategis, pesawat gatot kaca mengudara pada 50 tahun kemerdekaan Indonesia. Sebuah sejarah yang tertanam, menginspirasi kita untuk percaya diri, untuk menjadikan Indonesia berdiri sejajar dengan negara besar di dunia,"  (Detik Finance, 12/09/2019).

Pemikiran visioner Eyang langsung direalisasikan dengan aksi yang nyata. Tindakan tersebut yang berusaha ditularkan oleh eyang kepada generasi-generasi bangsa. Harapannya, para generasi bangsa bisa belajar akan hal tersebut. Berpikir visioner dan berusaha direalisasikan dengan aksi yang nyata, walaupun terlihat kecil, tapi jika dilakukan dengan konsisten dan ikhlas, pasti akan berdampak besar.

"Bagi para calon sarjana, silahkan merenungkan sendiri langkah yang akan ditempuh agar bisa bersinergi positif dalam kehidupan". Mungkin banyak dari kalian yang pernah membaca atau mendengar nasihat tersebut. Nasihat yang menjadi renungan dan ajakan kepada para calon sarjana untuk ambil langkah yang terencana selepas masa kuliahnya. Sekali lagi, begitu besar andil Eyang untuk terus menyemangati muda mudi bangsa ini.

"Bapak Influencer Sejati". Begitulah menurut penulis sendiri. Eyang begitu semangat untuk memberikan pengaruh bagi para pemuda bangsa. Beliau selalu menyampaikan dibanyak kesempatan bahwa masa depan bangsa ada di kita, para generasi muda. Dan sekarang bisa dilihat, begitu banyak kawula muda yang mengidolakan beliau dan selalu mengharapkan wejangan dari beliau.

"Eyang, walaupun engkau sudah berpulang ke haribaan, semangat cinta dan semangat membangun bangsa akan terus berkobar di dalam diri kita, generasi muda bangsa. Engkau selalu menginspirasi kami, dan cerita-cerita hebatmu akan selalu aku tularkan kepada murid-muridku yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Engkau selalu menjadi taulan bagi kami para pendidik untuk tidak hanya mengutamakan kecerdasan, tapi juga cinta, begitu juga, cinta tidak akan cukup tanpa adanya kecerdasan. Dan yang lebih penting, Engkau telah mengajarkan kepada kami, bahwa untuk membangun bangsa ini yang diperlukan adalah IMTAK, IPTEK dan kesetiaan. Aku selalu ingat nasehat yang selalu membuatku bangkit. Engkau selalu menyampaikan bahwa "keberhasilan bukanlah milik orang pintar. Namun keberhasilan itu adalah milik mereka yang senantiasa berusaha."

Selamat jalan Eyang, salam rindu dari kami, salam untuk Eyang Ainun.

Do'akan selalu untuk kami para pendidik generasi penerus bangsa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline