Penulis : Junianto, Annisa Nur Maharani, Fiza Jasmine Hasani, Luthfiah Al Afifah, Putri Sahrani Alif, dan Reza Salsabila
Karya seni adalah proses kreatif yang melibatkan penyajian ide atau konsep yang dimiliki manusia untuk mencapai kesenangan estetis. Dalam hal seni terapan, yang mencari sebuah karya seni yang juga melayani tujuan. Berbagai kearifan budaya Indonesia tidak dapat disangkal identik dengan kerajinan tangan yang terkenal, yang dapat ditemukan di seluruh dataran nusantara, masing-masing dengan keragaman, kekhasan, dan gayanya sendiri. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk kemampuan mengolah bahan alam yang ada menjadi kerajinan. Alam menyediakan berbagai bahan yang dapat digunakan untuk membuat sampel, seperti kulit binatang atau kulit pohon. Peradaban tradisional mengubah sumber daya ini menjadi objek dengan fitur, fungsi, dan nilai estetika yang diinginkan. Nilai estetis sebuah kerajinan sebagai makna budaya masyarakat, yang mewakili kualitas budaya dan kehidupan sosial. Benda-benda kerajinan memiliki ciri-ciri unik yang tidak dapat dibedakan dari kekhasan kehidupan masyarakat di suatu lokasi tertentu. Hasil seni kerajinan yang berkembang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang seperti bahan, teknik pembuatan, pola, corak, manfaat serta fungsi dari hasil pemikiran masyarakat. Dengan kenyataan tersebut, maka saat ini kebanyakan benda-benda kerajinan tangan yang dihasilkan bertujuan untuk kepentingan komersial, dengan nilai seni dan nilai jual yang tinggi.
Berdasarkan data ekspor hasil perikanan Indonesia pada tahun 2003 dan 2004, untuk komoditas koral dan kulit kerang dihasilkan sekitar 3.208 ton dan 2.752 ton. Limbah padat berupa cangkang kerang ini diantaranya merupakan sisa dari industri pengolahan kerang simping segar, selama ini kerang simping segar hasil tangkapan nelayan hanya dimanfaatkan daging/ otot aduktornya saja sementara cangkangnya dibuang dan menjadi limbah. Berkaitan dengan ketentuan CCRF (Code of Conduct for Responsible Fisheries), maka usaha pengolahan hasil perikanan harus dilakukan lebih optimal dan ramah lingkungan. Besarnya jumlah limbah padat cangkang kerang yang dihasilkan memerlukan upaya serius untuk menanganinya agar dapat bermanfaat dan mengurangi dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan.
Kerang adalah salah satu komoditas laut yang memiliki nilai ekonomis baik daging maupun cangkangnya. Pemanfaatan cangkang kerang sebagai bahan dasar utama pembuatan aneka kerajinan selain bernilai ekonomis, juga berpotensi untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Cangkang kerang yang dijadikan sebagai bahan dasar memiliki tekstur yang sangat bagus untuk dibentuk menjadi aneka kerajinan tangan. Kerajinan tangan ini akan menjadi cenderamata yang khas terutama untuk daerah pariwisata wilayah pesisir (Yahya dan Latjompoh, 2020). Pemanfaatan cangkang kerang untuk kerajinan ini, selain untuk menambah nilai ekonomis produk (Ridho et al., 2016), juga sekaligus untuk menjaga kelestarian lingkungan (Fitri dan Rusmini, 2017). Pemanfaatan cangkang kerang juga dapat mengurangi resiko pencemaran lingkungan (Hardjanto, 2020).
Pengertian Limbah dan Limbah Cangkang Kerang
Keberadaan limbah sering kali dijauhi orang karena dianggap sebagai barang kotor, tidak berguna, dan tidak memiliki manfaat. Limbah organik adalah sisa bahan atau sampah yang dapat didaur ulang dan berasal dari makhluk hidup, seperti limbah makanan, limbah kotoran makhluk hidup, ataupun limbah tanaman. Dengan kata lain, limbah organik adalah bahan sisa atau sampah yang diperoleh dari proses produksi atau kegiatan, baik kegiatan dalam ranah rumah rumah tangga maupun ranah industri. Limbah organik ini adalah limbah atau sampah yang mudah terurai melalui beberapa proses alami. Hal itu karena limbah organik didalamnya memuat zat kimia yang bisa dikatakan sifatnya stabil sehingga limbah organik ini akan lebih mudah tertimbun atau mengendap di dalam tanah, danau, sungai, bahkan laut sekalipun. Salah satu limbah organik yang bisa dimanfaatkan dengan dibuat kerajinan adalah cangkang kerang.
Cangkang kerang merupakan limbah yang sering ditemui di daerah pesisir pantai, cangkang kerang tersebut sering dibuang atau dibiarkan percuma oleh para nelayan di pesisir pantai. Selama ini limbah cangkang kerang ini banyak menimbulkan masalah, karena sering banyak berserakan dipesisiran pantai. Tindakan terhadap limbah cangkang kerang ini berdampak negatif bagi lingkungan sehingga diperlukan adanya penanggulangan yang baik. Seperti yang kita ketahui bahwa cangkang kerang itu merupakan sesuatu yang sifatnya keras, kebanyakan masyarakat bingung, hal apa yang harus dilakukan ketika mereka sudah mengambil isinya (moluska), cangkangnya harus diapakan. Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah dengan memanfaatkan limbah kulit kerang tersebut menjadi sesuatu yang lebih berguna. Contoh sederhananya adalah dibuat menjadi sebuah kerajinan tangan, salah satu nya adalah cangkang simping.
Limbah padat kerang berupa cangkang selama ini lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan seperti sebagai materi hiasan dinding atau materi desain interior. Pemanfaatan lain yang sudah dikembangkan adalah menjadi campuran pakan ternak (Agustini et al., 2011). Limbah cangkang memiliki potensi dan peluang yang sangat besar untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir. Pembuatan kerajinan bros mampu memperdayakan limbah hasil laut. Pendayagunaan modal sosial tersebut dapat menjadi media pemberdayaan masyarakat dan penciptaan lapangan kerja. Berbagai produk yang dapat dihasilkan dari cangkang moluska antara lain, souvenir, aksesoris perhiasan (cincin, gelang, kalung,anting, bros dan hiasan rambut), furniture dengan tempelan atau inclay cangkang moluska, dan masih banyak lagi jenis kerajinan yang memakai bahan dasar atau bahan pelapis dari cangkang moluska. Banyaknya produk-produk yang dapat dihasilkan dari cangkang moluska, menunjukan bahwa cangkang moluska penting dalam kehidupan masyarakat kita (Erwin, 2013; Musapasan dan Amalia, 2020).
Usaha kerajinan kerang selain mendatangkan keuntungan bagi pelaku usaha, juga memberikan manfaat lainnya antara lain membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, meningkatkan kreativitas masyarakat karena permintaan pasar yang berkembang dan mempertahankan produk tersebut sebagai salah satu karya seni yang bermutu. Peminat kerajinan kerang tidak hanya di pasar domestik, tetapi juga sampai ke Eropa dan Amerika. Produk kerajinan kerang memiliki nilai ekonomi tinggi dalam perdagangan internasional. Pemasaran produk juga dilakukan melalui pameran (expo) dari tingkat lokal, nasional hingga internasional (Dewi, 2010).
Macam-macam Kerajinan yang Bernilai Estetika
Karya kerajinan dituntut memuat mutu seni sekaligus nilai ekonomis. Karena itu, sebuah produk kerajinan perlu memenuhi unsur ergonomis yang meliputi kenyamanan, keamanan, dan estetika. Mengenai yang terakhir, unsur estetika dapat membuat sebuah produk kerajinan memiliki fungsi ganda, yakni fungsi praktis dan hiasan. Adapun yang dimaksud dengan unsur estetika dalam karya kerajinan adalah keindahan. Unsur estetika ini berguna untuk meningkatkan citra produk sehingga tampak menarik dan enak dipandang. Karya kerajinan merupakan bagian dari produk seni rupa terapan. Lazimnya, produksi karya kerajinan melibatkan keterampilan manual untuk membuat benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari. Mayoritas produk kerajinan dibuat dengan tujuan utama memenuhi aspek fungsional sehingga ia dapat langsung digunakan untuk memenuhi pelbagai jenis kebutuhan. Sementara itu, unsur estetika bisa menambah daya tarik produk kerajinan. Umumnya, karya kerajinan dibuat dengan empat fungsi, yaitu sebagai fungsi penghias, benda pakai sehari-hari, benda ritual tertentu (misalnya, kain ulos khusus untuk pernikahan), dan fungsi simbolik (misalnya kain tenun motif sinde lio sebagai lambang penolak bala). Contoh karya kerajinan dari kulit kerang :
- Bros kerang