Lihat ke Halaman Asli

Sesuai Perkiraan, Sepakbola Kita Belum Dewasa

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sesaat setelah Indonesia dikalahkan 0-3 oleh Malaysia, saya segera menulis pesan singkat kepada seorang rekan kantor “akhirnya kalah juga”. Yang langsung dibalas oleh teman saya itu dengan “sesuai perkiraan, golnya bagus-bagus”.

Kami bukan pendukung Malaysia tentu saja. Namun sejak laga pertama piala AFF ini kami memang telah sepakat dengan perkiraan akan tergelincirnya timnas kita seperti yang baru saja kita saksikan. Entah mengapa dikantor kami hanya beberapa yang mempercayai teori ini. Euforia kemenangan 5-1 atas malaysia, dilanjutkan kemenangan melawan Laos, Thailand dan Filipina seolah telah menutupi kemungkinan kejadian mengerikan ini. Padahal banyak gol kita yang dihasilkan karena kesalahan pemain lawan. Menurut teman saya itu Indonesia bermain biasa saja, tapi lawan yang bermain buruk.

Alasan teori yang kami utarakan secara umum bisa dirangkum dalam satu kalimat “Sepakbola kita belum dewasa”. Hal ini menyangkut banyak pihak.

Pemain kita belum matang mentalnya.Berapa kali kita tersingkir di turnamen besar karena kesalahan yang disebabkan kegugupan pemain menghadapi laga-laga penting. Blunder seolah hanya tinggal menunggu giliran siapa pemain yang apes akan melakukannya. Bisa Maman, bisa Hamka, bisa juga Markus, bisa siapa saja. Pun demikian dengan barisan gelandang dan penyerang kita. Laga barusan benar-benar menguji mental pemain belakang kita dengan serangan yang bertubi-tubi.

Mungkin ada benarnya pernyataan pelatih timnas Singapura yang menyalahkan Indonesia atas tersingkirnya juara tiga kali turnamen AFF. Di Indonesia bermain bagus sekali saja bisa membuat seorang pemain merasa menjadi bintang besar. Dan itulah yang dituding membuat Noor Alamsyah menjadi melempem pada kompetisi kali ini. Peran media yang berlebihan dalam mengelu-elukan pemain, membuat timnas seolah sudah juara sebelum bertanding. Berapa orang yang memprediksikan laga tadi akan dimenangkan Indonesia dengan skor 3-0 ? Mungkin anda salah satu diantaranya? Mungkin pemain-pemain kita juga punya prediksi semacam ini.

Apakah para petinggi dan tokoh-tokoh publik negeri ini akan ramai-ramai sengaja datang ke Kuala Lumpur untuk menonton final leg 1 ini bila misalnya pada laga penyisihan pertama melawan malaysia kita kalah? Saya meragukan hal ini. Di Indonesia semua hal telah dipolitisasi. Bencana saja menjadi ajang politik, mengapa sepakbola yang notabene olahraga paling populer di negeri ini tidak? Kita bisa melihat dengan jelas, bagaimana tiba-tiba beberapa politisi kemudian menjadi penggemar sepakbola dadakan dan menjadi suporter paling loyal ketika timnas kita menang. Dimana mereka berada sebelum kompetisi? Apa mereka akan turut andil memajukan olahraga ini bila tidak disorot kamera?

Olahraga ini milik seluruh bangsa. Jadi mengapa masih ada saja pemimpin yang tidak rela melakukan reformasi di kepengurusan PSSI yang selama bertahun-tahun terbukti tidak menghasilkan prestasi berarti. Apalagi jika rakyat yang menghendakinya. Biarkan rakyat yang menentukan.

Suporter kita belum seluruhnya dewasa. Bagaimana tidak, ketika Timnas kita sedang konsentrasi dalam persiapan pertandingan final leg pertama di stadion Bukit Jalil, suporter kita malah merusak fasilitas sendiri. Stadion GBK menjadi ajang pelampiasan ketidakpuasan akan pelayanan penjualan tiket final leg kedua yang tinggal tiga hari lagi. Siapa yang akan rugi seandainya final kedua tidak digelar di Indonesia. Tentu saja kita juga yang rugi. Mengapa kita terlalu egois memaksakan untuk sekedar menyaksikan laga di stadion. Tentu saja tidak semua orang bisa masuk ke stadion bersamaan. Meski dalam hal ini kita juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan suporter, panitia juga layak dikoreksi. Ditambah lagi suporter kita belum siap menerima kekalahan.

Nah, bila sudah situasi kritis seperti ini apa yang seharusnya kita lakukan menyambut final kedua nanti. Menyalahkan pemain dan pelatih bukanlah solusi (Ups.. saya baru saja melakukannya, maaf). Tentu saja dukungan penuh adalah yang terpenting. Saya akan merubah prediksi kali ini, karena pemain malaysia juga punya sindrom gugup yang sama. Mereka melakukan kesalahan pada pertandingan di GBK lawan Indonesia saat penyisihan grup. Serang Malaysia secara sporadis, buat mereka gugup sekali lagi timnas!
Indonesia akan menang 4-0 di leg kedua! Bangkit dan terbanglah Garudaku!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline