Lihat ke Halaman Asli

Dear Hati, Hati-hati Jatuh Hati

Diperbarui: 5 Agustus 2016   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Duhai hati,

Apa kabarmu hari ini? Baik? Bermekaran? Berbunga? Salju? Bila baik-baik saja, senang rasanya mendengarnya.

Duhai hati,

Aku ingin kamu tahu bahwa aku tahu bahwa kamu merasa terkadang di malam yang sepi dan tak berbintang dimana angin dingin menusuk tulang,

Selintas pikiranmu memimpikan datangnya sekeping dirimu yang telah hilang, (kita tahu bahwa kamu tidak utuh lagi) datang dan menambal lubang itu. Lubang yang ditinggalkan kepingan itu. Yang tajam. Dan bersik.

Duhai hati, aku tahu kamu tahu bahwa kita tahu kita rindu datangnya hari itu. Hari di saat kamu resmi menjadi utuh ditambal kepingan lain. Karena mungkin kepingan yang lama tidak akan pernah kembali. Waktu, dengan setia menemanimu menunggu.

Tapi seperti kata Irene, menunggu tidak sebercanda itu. Sudah lama kamu putuskan bahwa hati yang hilang itu telah mati. Teramputasi, terbakar dan mati. Tidak akan pernah ada wujudnya lagi. Hantu masa lalu yang berbayang kelam.

Duhai hati, dan kini kamu bertanya-tanya,

Mungkinkah kali ini, kepingan mozaik itu datang? Kepingan yang cocok? Aku tidak bilang tepat karena tidak mungkin selama kita masih manusia tidak ada yang namanya tepat akurat 100 %, ku bilang cocok. Kamu berbisik lirih padaku, mungkinkah itu dia?

Bagaimana menurutmu?, tanyamu lagi.

Aku lebih dari tahu kamu ini keras kepala dan susah dirayu. Tetapi aku juga tahu, ketika ada getaran yang terasa, kamu akan kekeuh memegang erat sampai menyakiti diri sendiri, karena kadang. Apa yang kamu harapkan, ending bahagia ala fairy tale yang kamu mimpikan, berlari menjauh dari dekapanmu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline