Galungan dan Kuningan merupakan salah satu hari besar keagamaan bagi umat Hindu. Galungan sendiri memiliki makna menurut bahasa Jawa kuno galungan atau dungulan memiliki makna menang. Dapat dikatakan galungan merupakan hari kemenangan dharma melawan adharma.
Makna tersebut menyatakan bahwa pada hari galungan dharma merujuk pada pikiran yang terang berilmu dan bijak atau positif mengalami kemenangan melawan pikiran negatif kebodohan dan awidya.
Hari raya suci Galungan sendiri dilaksanakan setiap enam bulan sekali menurut perhitungan kalender Bali sebab dalam satu bulan menurut perhitungan Bali adalah selama 35 hari sehingga hari raya suci Galungan diperingati setiap 210 hari menurut kalender Masehi.
Ternyata proses menuju hari raya Suci Galungan tidak hanya diawali dari kegiatan atau hari penyekeban bahkan jauh sebelum itu itu adalah awal dari perjalanan menuju hari kemenangan tersebut
Tumpek Wariga
Tumpek wariga merupakan awal dari rentetan kegiatan menuju hari raya Suci Galungan. Tumpek wariga ada yang lebih kita kenal dengan Tumpek bubuh atau Tumpek Pengatag merupakan hari suci untuk memuja dewa sangkara sebagai dewanya tumbuh-tumbuhan. Hari raya ini dirayakan setiap 210 hari atau 25 hari sebelum hari raya Suci Galungan.
Dalam merayakan tumpek wariga umat Hindu menghaturkan sesajen kepada tumbuhan selain itu umat Hindu juga menghaturkan bubur sumsum sehingga hari raya ini juga disebut dengan tumpek bubuh. Tujuan dalam menghanturkan sesajen adalah untuk memohon anugrah kepada dewa sangkara agar umat dilimpahkan kesejahteraan dari tumbuh tumbuhan .
Dalam tradisi Bali ketika melaksanakan upacara tumpek pengatag umat biasanya memukul batang pohon seperti kelapa atau pohon lainnya dengan mengucapkan kalimat
"Kaki - kaki, nini - nini buin 25 dina Galungan, mebuah apang nged nged nged "
Bila diartikan bahasa indonesia sebagai berikut
" kakek -- kakek, nenek -- nenek lagi 25 hari galungan tiba, berbuahlah yang lebat"
Kalimat yang dikatakan ketika memukul batang pepohonan tersebut merupakan permohonan nanti pada hari raya Galungan pohon tersebut berbuah dengan lebat
Anggara Kasih Julungwangi
Anggara kasih julungwangi jatuh pada 15 hari sebelum Hari raya suci Galungan. Perayaan Anggara kasih julungwangi dilakukan dengan menghaturkan lelabaan kepada para Bhuta kala berupa caru alit yang dihaturkan di pemerajan, dan pura, di wilayah penulis caru alit yang dihaturkan berupa caru ayam brumbun wangun urip, caru ini terdiri dari tetandingan yang menyesuakian arah mata angin dan uripnya, misalnya barat 7, selatan 9, timur 5, utara 4 dan tengah 8 sehingga jumlah totalnya adalah 33. Tujuan menghaturkan caru alit ini adalah untuk pembersihan area menjelang hari raya suci galungan
Buda Pon Sungsang
Buda Pon Sungsang diperingati sebagai hari sugian pengenten yaitu 7 hari sebelum hari raya Suci Galungan serta mulai berlakunya uncal balung.
Uncal balung sendiri yang memiliki makna melepaskan hal-hal negatif atau adharma yang ada pada diri, menurut budaya Hindu uncal balung dianggap sebagai hari yang buruk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan baik seperti membangun rumah mengadakan upacara manusa yadnya pawiwahan, membangun pura dan lainnya serta beberapa peraturan atau larangan lain yang sesuai dengan deca kala maupun patra setempat. Uncal balung ini berlangsung selama 42 hari atau abulan pitung dina.