Lihat ke Halaman Asli

ATM adalah Kita, ATM adalah Segalanya

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak saya umur 5 tahun atau lebih tepatnya ketika saya masuk taman kanak-kanak, saya sudah di ajarkan oleh guru saya untuk gemar menabung. Untuk seukuran anak usia tersebut menabung bukanlah hal gampang. Contohnya adalah saya. Saya waktu umur 5 tahun tersebut susah sekali untuk menabung. Banyak hal yang bisa saya beli sebagai mainan dan tentunya itu akan membuat saya lebih bersemangat untuk bersekolah setiap harinya, membeli mainan dan bermain.

Semakin kesini semakin bertambahnya usia akhirnya uang saku saya juga bertambah dan banyaknya ragam jenis mainan membuat saya tambah bersemangat untuk bersekolah. Mungkin ironi ketika kesekolah cuma bersemangat untuk mendapatkan uang saku dan membelikannya mainan. Tetapi anak kecil ya anak kecil, begitulah sampai saya lulus sekolah dasar.

Semenjak masuk SMP, saya mulai berpikir  untuk mulai belajar selektif memilih barang yang ingin dibeli dan inisiatif menabung saya mulai berkembang. Mulai dari belajar mengumpulkan uang seribu rupiah per hari, mulai belajar pergi ke sekolah bersepeda supaya menghemat naik angkot dan lainnya. Pada akhirnya barang yang saya idamkan tercapai untuk dibeli waktu itu dari hasil menabung kecil-kecilan tersebut, yaitu berupa sepatu. Cara menabung dan mengumpulkan uangnya tersebut pun sangat sangat penuh perjuangan. Mulai dari puasa sunnat senin dan kamis, pura pura sudah makan, pura-pura lupa bawa uang jajan dan lain sebagainya.

Menyimpan uangnya pun beragam. Sesekali menyimpannya di tempat ibu, dibawah bantal dan menabung di celengan. Ketika uang belum terkumpul saya selalu melihat kedalam celengan dan berharap keesokan harinya sudah terisi penuh. unik ya cerita kita kecil dulu ?

semakin kedepan kebutuhan akan menabung bagi kehidupan saya semakin meningkat. Mulailah semenjak saya masuk SMA mulai membiasakan menabung di bank. Bank menurut saya merupakan tempat teraman dan ternyaman dalam menabung. Apalagi setelah saya dapat kartu debit dari tabungan saya. Saya bisa menarik di ATM (Anjungan Tunai Mandiri) uang dari tabungan saya. Tentunya dapat membuat uang saya aman dan jauh dari pandangan mata saya. Pasalnya, uang yang kebiasaan saya lihat akan mengakibatkan uang tersebut akan cepat saya belanjakan.

Dari situ saya mulai belajar menggunakan ATM  untuk kegiatan sehari hari. seperti pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/8/PBI/2014 tanggal 8 April 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money) pasal 1a ayat 2 yang menyebutkan banyak sekali fasilitas yang di dapat dari penerbit uang elektronik seperti uang elektronik yang biasa kita ambil di ATM, pembayaran tagihan, tarik tunai dan lainnya.

Pernah saya ketika asik browsing di internet lalu melihat ada yang jualan t-shirt keren saya langsung mencari tahu bagaimana cara berbelanja online. Disitu adalah pertama kalinya saya berbelanja menggunakan fasilitas transfer. Secara garis besar, kegunaan tabungan portable seperti kartu debit ini bisa memudahkan kita dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti membeli pakaian online dan lainnya.

Namun dengan semakin bertambah canggihnya teknologi, kriminalitas pun semakin meningkat. Maka dari itu ketika kita melakukan sesuatu dari kegiatan online, kita perlu waspada. Cek dulu testimonial dan kebenaran toko online yang akan anda lakukan transaksi. Lakukanlah transfer disertai dengan bukti transfernya agar kalau sewaktu waktu terjadi kesalahpahaman yang dapat merugikan diri kita baik dari ulah manusia maupun ulah komputerisasi dapat kita lawan atau gugat.

Sampai saat ini, saya kuliah semester 8 sangat sering berbelanja online tersebut. Bukan karena saya sombong atau apa. Tidak banyak orang yang mengkategorikan orang yang berbelanja menggunakan non tunai dibilang sombong, sok sibuk, dan lainnya. Akan tetapi nyatanya belanja online itu mudah dan praktis tanpa mengurangi dari esensi sebenarnya yaitu menabung.

Bayangkan jika dulu kita mengambil uang harus ke bank dan memakan waktu yang cukup banyak, sekarang dalam kurun waktu 10 tahun belakangan ATM sudah mulai tersedia disana sini. saya sudah tidak lagi untuk menunggu  dan pulang ke kampung halaman menembus puluhan kilometer untuk dikirim orang tua uang. cukup dengan menunggu ditransfer uang  via ATM semua sudah beres.  Itu artinya masyarakat kita sudah jauh lebih berkembang dibanding 10 tahun yang lalu. Tuntutan dan kebutuhan setiap orang untuk cepat, praktis dan efisien yang membuat kegiatan perbankan kita berkembang. semoga kebutuhan dan tuntutan setiap orang untuk selalu cepat, praktis dan efektif dapat diimbangi dengan berkembangnya sarana kegiatan non tunai ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline