Lihat ke Halaman Asli

RSBI: Tinggi Gengsi, Minim Prestasi

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13386105911821459210

[caption id="attachment_192157" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Kompasiana (KOMPAS.com)"][/caption]

Apa yang terlintas dipikiran anda ketika mendengar kata RSBI ? sekolah yang maju, sekolah yang dipenuhi anak berprestasi, punya kualitas ? belum tentu. RSBI merupakan singkatan dari Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Dari namanya saja bertaraf internasional, otomatis sekolah ini beda dong dengan sekolah yang lain. Sekolah yang bertaraf internasional merupakan sekolah yang dipersiapkan untuk sekolah bertaraf internasional (SBI).

Di sekolah bertaraf internasional ini sarana dan prasarana menjadi hal yang penting selain sumber daya dari siswa dan guru-gurunya. Sehingga nantinya tujuan dari adanya RSBI ini untuk menciptakan siswa-siswi yang berprestasi dan mampu bersaing secara nasional maupun internasional.

Beberapa waktu yang lalu , di daerah asal saya bermukim kalimantan selatan, disalah satu surat kabar terbesar daerah saya mengumumkan keberhasilan seorang siswa SMP berhasil menjadi peserta UN terbaik mengalahkan SMP yang sudah bertaraf internasional. Hal ini memang sangat ironis karena siswa tersebut merupakan SMP pinggiran yang jauh dari yang namanya internasional dan mungkin fasilitas yang lengkap disekolahnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar, apakah sekolah yang menjadi RSBI sudah siap menyandang gelar yang ada disekolah mereka tersebut ?

Tidak bisa dipungkiri memang pemerintah seperti menganaktirikan sekolah lain daripada sekolah bertaraf internasional. Padahal jika dilihat dari kualitas siswa, mungkin hampir sama. Apalagi kualitas pendidik. Disekolah bertaraf internasional para pendidik diharuskan untuk mengajar secara bilingual atau dalam 2 bahasa, bahasa kita sendiri dan bahasa inggris. Jika dilihat fakta dilapangan, masih banyak kok pendidik yang belum begitu fasih dalam penerapannya tersebut.

Sebetulnya jika sekolah yang ditunjuk sebagai RSBI atau SBI memang sesuai dengan kemampuannya ini sah-sah saja karena itu akan mendukung jalannya program pemerintah dan membuat kualitas pendidikan Indonesia semakin maju, namun jika sekolah tersebut menjadi RSBI atau SBI karena faktor X seperti dipaksakan untuk RSBI atau SBI saya kira itu kurang tepat.

Dengan melihat dari persoalan diatas seyogyanya ini menjadi bahan renungan kita bersama. Ingat pepatah ” dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”. Sekolah dan perangkatnya itu semua sama yang gunanya menjadi wadah pembelajaran agar siswa-siswinya mendapat pendidikan yang layak, yang menjadi pembeda adalah sekolah favorit dan tidak favorit. Semoga pembeda tersebut bukan menjadi halangan untuk meraih kesuksesan kini dan mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline