Lihat ke Halaman Asli

Puisiku Pergi

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Keriap waktu tak mampu kenali jejakmu
embun kehilangan beningnya
hujan tinggalkan cerita
ia terus menari di ujung dedaun
sesekali berbisik
puisi ku kini pergi
tak mampu berpaling
hingga kutemui ranum pelangi
sedangkan senja tak kan menghianati malam
shiluetnya menjemput bintang-gemintang
biarkan hujan menjadi lagu
sebagian pecah diatas bebatu
sebagian lagi membuka pejam kuntum-kuntum rasa
senja berlalu mendekap silam
sebab kenangan yang terurai hanya memagut sedih
dan kita hanya bercumbu pada kelebat bayang yang tak nyata
di langit, purnama membagi senyumnya
aku masih mengeja sebaris kata
yang kau tulis selepas senja kemarin
tersenyumlah di perapian kehidupanku
sebab kamu adalah kejora
mengisi ruang kosong yang bernama hati
serupa merjan tasbih teruntai getarkan nurani
mungkin kita harus berjarak
agar tiap detik mengecup anak-anak rindu
dengan segenggam rasa
jangan pernah kau buat menit terasa bisu
jangan pernah kau buat waktu jadi tak berdaya
aku ingin berdua larut dalam pesona mozaik harpa orpheus
maukah…?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline