Mantra Jawa Kuno mengacu pada mantra-mantra tradisional Jawa yang memiliki nilai budaya dan spiritual. Mantra-mantra ini sering digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk dalam konteks ritual dan keagamaan.
Mantra Jawa Kuno biasanya memiliki rima dan irama, menjadikannya sebagai bentuk puisi yang khas. Ini menciptakan keindahan estetika yang mendukung makna spiritualnya.
Mantra berfungsi untuk memohon penyembuhan, perlindungan, dan komunikasi dengan Sang Ilahi. Hal ini sejalan dengan tujuan puisi yang sering kali menyampaikan pesan mendalam.
Mantra dijadikan sebagai bagai budaya yang ada sejak jaman dahulu (jaman nenek moyang). Mantra ini digolongkan ke dalam golongan bahasa berirama, sedangkan bahasa berirama ini termasuk jenis puisi lama. Dalam bahasa berirama itu, irama bahasa sangat dipentingkan, terutama dalam mantra diutamakan sekali irama yang kuat dan teratur untuk membangkitkan tenaga gaib. (Alisjahbana, 1952, h.92).
Mantra berasal dari bahasa Sanskerta yaitu mantra atau manir yang merujuk pada kata-kata yang berada di dalam kitab Veda, yaitu kitab suci umat Hindu.
Sebagai salah satu bentuk puisi tertua, mantra mencerminkan nilai-nilai budaya dan kepercayaan masyarakat Jawa, menjadikannya sebagai warisan lisan yang kaya makna dan fungsi dalam konteks sosial dan spiritual.
Riyono (2009) berpendapat bahwa pada intinya fungsi dari mantra yang masyarakat Jawa lestarikan dan gunakan adalah bentuk penghormatan pada leluhur atau nenek moyang, dan memohon keberkahan di setiap harinya.
Selain Jawa, masih banyak daerah di Indonesia yang masih menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat menggunakan mantra dalam upacara kematian, pernikahan, dan sebagian lagi digunakan dalam upacara keagamaan. Seperti daerah Toraja, Kota Barus (Kabupaten Tapanuli Tengah), Kalimantan, Sumatera, dan Kepulauan Riau.
Mantra-mantra dari jaman Jawa kuno ini membuat masyarakat percaya bahwa mantra mempunyai hubungan langsung dengan leluhur mereka dan semua itu sudah dipercayai dalam masyarakat Jawa sejak jaman leluhur mereka yang menggunakan mantra.
Mulai dari mantra awet muda (susuk), mantra perjodohan atau ramuan cinta (pelet), ilmu hitam (santet) hingga mantra ilmu kebal (ilmu kanuragan). Sebenarnya mantra pada mulanya merupakan doa atau pujian umum, namun terkenal begitu ampuh hingga bisa dipercaya dapat terkabul dengan mudah.
Hal tersebut secara sederhana memaparkan dengan jelas, dan dapat dimengerti secara tepat meski oleh orang awam. Dapat dikatakan hal tersebut sudah mencerminkan keseluruhan dasar konsep berpikir orang Jawa, yang menunjukkan bahwa perasaan memegang peranan utama di samping jiwa dan akal yang disebut cipta, rasa, dan karsa. (Heru Susanto, 2008, h.137-138).